Bahasa Kasar Rambah Sekolah Dasar. Apa yang Harus Dilakukan?

Konten negatif di media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku anak

Dulu, kita sering mendengar ungkapan ‘anak-anak itu polos’. Namun, seiring berjalannya waktu, ungkapan tersebut terasa semakin jauh dari kenyataan. Fenomena penggunaan bahasa kasar di kalangan anak sekolah dasar semakin mengkhawatirkan. Bayangkan, anak yang masih duduk di bangku SD sudah terbiasa melontarkan kata-kata kotor dengan santai. Apa yang sebenarnya terjadi? Dan yang lebih penting, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?

Media sosial merupakan faktor penyebab utama merambahnya bahasa kasar di anak SD. Konten negatif di media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku anak. Paparan terus-menerus terhadap konten seperti kekerasan, bahasa kasar, atau perilaku tidak sopan dapat membentuk pola pikir dan perilaku anak secara negatif. Berikut beberapa pengaruh konten negatif terhadap perilaku anak:

Peniruan perilaku

Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dan dengar. Jika mereka sering terpapar konten yang menampilkan kekerasan atau bahasa kasar, mereka mungkin akan meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Dilema Pendidikan Karakter, Anak Yang Suka Ngomong Kotor

Normalisasi perilaku buruk

Konten negatif dapat membuat anak menganggap perilaku buruk sebagai hal yang normal dan dapat diterima. Hal ini dapat mengikis nilai-nilai moral dan etika yang telah diajarkan sebelumnya.

Gangguan emosi

Paparan konten negatif dapat memicu emosi negatif seperti marah, takut, atau sedih pada anak. Emosi negatif yang berkepanjangan dapat berdampak pada kesehatan mental anak dan mengganggu perkembangan sosialnya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi