Dilema Pendidikan Karakter, Anak Yang Suka Ngomong Kotor

Secara umum ada dua penyebab terjadi fenomena di atas, yaitu eksternal dan internal

Pendidikan karakter dan sopan santun menjadi pilar penting dalam membentuk generasi muda yang berakhlak mulia. Namun, ironisnya di lingkungan sekolah dasar kita masih sering menjumpai anak-anak yang kerap melontarkan kata-kata kotor. Fenomena ini tentu harus menjadi perhatian serius bagi para pendidik, orang tua, dan seluruh pihak yang peduli terhadap tumbuh kembang anak.

Secara umum ada dua penyebab terjadi fenomena di atas, yaitu eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain; Pertama, pengaruh lingkungan teman sebaya. Tekanan teman sebaya sering kali menjadi faktor utama anak meniru perilaku negatif, termasuk penggunaan bahasa yang tidak pantas. Anak-anak sekolah dasar meniru apa yang dia lihat dan dengar.

Teori belajar sosial Bandura menjelaskan bahwa anak-anak belajar melalui peniruan. Ketika mereka sering melihat teman sebaya menggunakan bahasa kasar, mereka cenderung meniru perilaku tersebut. Selain itu, tahap perkembangan kognitif anak usia SD yang masih bersifat egosentris membuat mereka belum sepenuhnya memahami dampak negatif dari kata-kata kasar terhadap orang lain.

Baca juga: Pendidikan Karakter Berbasis Tasawuf Tuntunan Syekh Mursyid

Kedua, pengaruh media. Paparan konten media yang tidak sesuai usia, seperti tayangan televisi, film, atau permainan daring, dapat memberikan contoh yang buruk terhadap anak. Game online yang mengandung kekerasan akan memiliki dampak yang jelek terhadap perilaku anak.

Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan anak-anak. Namun, penggunaan media sosial yang tidak bijak dapat berdampak negatif pada perkembangan karakter anak. Cyberbullying, penyebaran informasi yang tidak benar, dan eksposur terhadap konten yang tidak pantas adalah beberapa masalah yang sering dihadapi oleh remaja pengguna media sosial. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan sekolah untuk mengajarkan literasi digital kepada anak-anak agar mereka dapat menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.

Ketiga, pengaruh lingkungan keluarga. Pola asuh yang kurang memerhatikan penggunaan bahasa di rumah dapat memengaruhi perilaku anak di sekolah. Gaya pengasuhan yang otoriter dapat memengaruhi perkembangan karakter anak. Begitu juga gaya permisif dan otoritatif. Di sinilah orang tua perlu belajar dan memahami gaya pengasuhan dan perlakuan terhadap anak di rumah.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi