Bahasa Kasar Rambah Sekolah Dasar. Apa yang Harus Dilakukan?
Konten negatif di media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku anak
2. Mencari Perhatian: Beberapa anak mungkin menggunakan bahasa kasar sebagai cara untuk menarik perhatian teman-temannya. Mereka berpikir dengan menggunakan bahasa yang dianggap “berbeda” atau “menarik”, mereka akan lebih diperhatikan dan diterima oleh kelompoknya.
3. Merasa Lebih Kuat: Bahasa kasar terkadang dianggap sebagai simbol kekuatan atau keberanian. Anak-anak mungkin berpikir dengan menggunakan bahasa kasar, mereka akan terlihat lebih kuat dan dihormati oleh teman-temannya.
4. Mengelompokkan Diri: Bahasa kasar dapat menjadi semacam “kode” atau “sandi” yang hanya dimengerti oleh kelompok tertentu. Dengan menggunakan bahasa ini, anak merasa lebih eksklusif dan terikat dengan kelompoknya.
5. Menyalurkan Emosi: Ketika merasa frustrasi, marah, atau tidak nyaman, beberapa anak mungkin menggunakan bahasa kasar sebagai cara untuk melampiaskan emosi mereka. Dalam konteks kelompok, tindakan ini mungkin dianggap sebagai cara yang diterima untuk mengekspresikan diri.
Baca juga: Guru Adalah Akselerator Pembelajaran
Solusi konkret untuk guru ialah mengintegrasikan nilai-nilai sopan santun ke dalam kurikulum. Lalu, mengadakan kegiatan yang dapat melatih kemampuan berkomunikasi yang baik. Serta libatkan orang tua dalam upaya mengatasi masalah ini.
Adapun solusi konkret untuk orang tua ialah Jadilah model yang baik dalam penggunaan bahasa. Ciptakan suasana yang nyaman untuk berkomunikasi dengan anak. Batasi waktu anak menggunakan gadget dan pantau konten yang mereka akses.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______