TQN, dari Komoditi ke Enerji

Tingkat tertinggi adalah berdagang dengan Allah, ia jual dirinya kepada Allah

Perdagangan yang lebih tinggi adalah menjadikan TQN sebagai Enerji Untuk Berdagang. Tidak menjadikan TQN hanya sebagai Komoditi (barang dagangan), sasaran market-nya tidak hanya ke dalam (internal komunitas ikhwan TQN) melainkan ke luar, ke masyarakat luas.

TQN menjadi Enerji Kreatif:

  • Untuk menghasilkan konsep dan desain produk baru (misal: alat dan metode menghafal al-Qur’an yang efektif seperti HATAM);
  • Untuk menghasilkan karya-karya penulisan ilmiah baru (tentang sejarah kehidupan dan peran para sufi dalam perekonomian Islam, politik Islam, pendidikan Islam, perjuangan kemerdekaan berbagai bangsa);
  • Untuk menemukan varietas baru bibit tanaman buah, tanaman sayur, dan tanaman pangan lainnya.

TQN menjadi Enerji Inovatif:

  • Untuk pengembangan metode terapi psikologis sufistik (agar lepas dari kecanduan narkoba, kecanduan gadget, kecanduan pornografi, kecanduan seks menyimpang, kecanduan korupsi),
  • Untuk mengembangkan metode-metode pelatihan pengembangan diri, mental entrepreneurship, ahli perdagangan di pasar modal syariah, total quality control, team work, dll.
  • Untuk mengembangkan industri herbal, metode bekam dan fashdu, akupunktur, chiropractic yang semuanya holistik dan sufistik.
  • Untuk mengembangkan Eco Enzyme dari kulit buah yang bermanfaat bagi pengelolaan lingkungan, pertanian, peternakan dan penyembuhan.

TQN menjadi Enerji Produktif:

  • Untuk membangun koperasi, jaringan perdagangan, Lembaga Amil Zakat, Badan Wakaf, Klinik dan Rumah Sakit Syariah;
  • Untuk membangun kelompok pertanian, peternakan, dan pertambakan yg sufistik; (ada peternakan lele sufistik di TQN Kalbar).
  • Untuk membangun bisnis laundry, cleaning services properti yang sufistik.

—–

Kalau menjadikan TQN hanya sebagai Komoditi, akibatnya akan memunculkan persaingan dan benturan internal. Para ustadz melarang jamaahnya untuk mengaji kepada ustadz-utadz lain, mencegah ustadz lain untuk hadir di majlis dzikirnya, donatur dan pemangku manaqib dicoba dikuasai hanya untuk dirinya, menyalah-nyalahkan ustadz lain, dan tidak jarang para ustadz saling memfitnah demi menjaga soliditas jamaah pendukungnya.

Atau ada yang merasa sebagai murid senior dan lebih hapal amaliah-amaliah TQN, lalu menjadi imam amaliah-amaliah TQN, lalu disebut ustadz oleh jamaahnya, lalu merasa menjadi ustadz beneran karena memoles penampilan dengan gamis, surban dan jubah, lalu mengeluarkan berbagai fatwa dan ajaran tentang fiqih dan tasawuf; padahal pemahaman agamanya masih dangkal dan akibatnya malah memunculkan kebodohan di kalangan ikhwan TQN, membentuk kelompok yang fanatik buta; bahkan tidak jarang ada yang berubah menjadi dukun ngawur.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi