“Selamatnya orang Islam itu karena lisan dan tindakannya. Namun keduanya ini tergantung dari hatinya. Jika hatinya buruk maka akan buruk pula lisan dan tindakannya. Kalau ini (keburukan hati) terbawa sampai mati, maka matinya termasuk kafir. Dzikirlah yang akan memperbaiki hati dari keburukan-keburukannya,” demikian ujar KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin pada kuliah subuh tahun 1412 H sebagaimana dikutip dari LDTQN Suryalaya.
Pangersa Abah Anom dalam kuliah subuh itu menekankan betapa pentingnya menjaga lisan dan perbuatan. Ini sebagaimana disampaikan Rasulullah Saw melalui sabdanya:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Seorang muslim ialah orang yang menjamin keselamatan orang-orang muslim lainnya dari gangguan ucapan dan tangannya (HR. Bukhari).
Menjaga lisan dan perbuatan adalah tanda bagi seorang muslim menyangkut keislamannya. Hadis ini menganjurkan kita agar selalu berhubungan baik dengan saudaranya.
Baca juga: Guru Mursyid Ibarat Dokter yang Mengobati Penyakit Qalbu
Seluruh ucapan ada kalanya masuk kategori baik atau pun buruk, bisa juga ucapan itu cenderung kepada salah satu dari keduanya. Namun jika ucapan itu mengarah pada keburukan atau bisa berpotensi menjadi buruk maka diamlah.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka ucapkan yang baik atau sebaiknya diam (HR. Bukhari).
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو مَنْ صَمَتَ نَجَا
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, Nabi Saw bersabda: siapa yang diam dia selamat (HR. Tirmidzi).
Diam di sini maknanya siapa yang diam dari aneka keburukan, maka dia beruntung, dan memperoleh setiap kebaikan. Orang yang diam ini juga selamat dari bencana dan malapetaka dunia dan akhirat.
Hadis ini menganjurkan kepada setiap muslim untuk tidak berbicara atau berucap yang tidak bermanfaat serta membatasi dirinya pada yang penting atau prioritas, di sanalah ada keselamatan. Jadi diam itu asalnya menyelamatkan, tetapi terkadang bicara bisa menjadi wajib secara syariat tergantung kondisi.
Baca juga:Pangersa Abah Anom Memberikan Tips Agar Doa Dikabulkan
Seorang muslim yang baik itu tidak menyakiti atau pun mengganggu muslim lainnya, baik itu melalui ucapan atau pun perbuatannya. Karena sejatinya sesama muslim itu bersaudara.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَخُونُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ ؛ عِرْضُهُ، وَمَالُهُ، وَدَمُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْتَقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
Seorang muslim itu saudaranya muslim, dia tidak mengkhianatinya (menipunya), tidak mendustainya, tidak menelantarkannya. Setiap muslim terhadap muslim lainnya itu haram dan terjaga darah, harta dan kehormatannya. Taqwa itu letaknya di sini (menunjuk dadanya), cukuplah seseorang itu dinilai buruk selama dia merendahkan saudaranya sesama muslim. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadis itu disebutkan bahwa taqwa itu letaknya di qalbu. Singkatnya, siapa yang di qalbunya ada taqwa maka dia tidak menghina dan merendahkan saudaranya sesama muslim.
Baca juga: Ini Bahayanya Orang Lalai Berdzikir Menurut Abah Anom
Itu sebabnya, kata Nabi Saw, cukuplah seseorang itu dinilai buruk dan berakhlak rendah jika dia merendahkan dan meremehkan saudaranya.
Pangersa Abah Anom menjelaskan, bahwa keduanya, yakni lisan dan tindakan ini tergantung dari qalbunya. Jika qalbunya buruk maka akan buruk pula lisan dan tindakannya. Qalbu pun sebaliknya, jika baik maka baik pula lisan dan tindakannya.
ألا وإن في الجسد مُضغة إذا صلحتْ صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب
Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia itu terdapat mudhghah, apabila ia baik, maka baik seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah qalbu. (HR. Bukhari dan Muslim).
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______