TQN, dari Komoditi ke Enerji

Hidup adalah perdagangan. Perdagangan yang bertingkat-tingkat. Tingkat tertinggi adalah berdagang dengan Allah, ia jual dirinya kepada Allah.

Surah Fathir: 29-30,

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugikan,

mengharap Allah akan menyempurnakan pahala dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

Dahsyat sekali perdagangan dengan Allah itu.

Lihat pula ayat-ayat berikut ini, surah As-Saff: 10-11,

Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?

(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

—–

Ada orang yang memperdagangkan TQN, tetapi ada orang yang menggunakan TQN sebagai Enerji untuk berdagang. Mana yang lebih baik?

Yang memperdagangkan TQN adalah yang menjadikan TQN sebagai Komoditi (barang perdagangan). Ia memperjual-belikan TQN untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan material bagi dirinya. Amaliah TQN (dzikir harian, khataman, manaqiban, ziarah), alat TQN (buku-buku TQN, tasbih 165), simbol TQN (di peci, kaos dan jaket seragam, sticker, program umrah) diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan finansial, atau membangun kelompok (jamaah) pendukung, atau member (pelanggan bisnis), atau target pemasaran lembaga pendidikan yang dikelolanya, atau lain-lain. Tentu pada semua itu ada kebaikannya, ada sisi positifnya, ada manfaatnya. Tetapi seperti saya tulis di atas, perdagangan itu bertingkat-tingkat.