Sufi Itu Pelopor Kemajuan Umat

Pelopor memang tidak selalu mengikuti arus, bahkan sering menentang dan menantang arus

Membaca sejarah para pejuang, seperti kisah pahlawan Malahayati, yang paling nampak menonjol adalah sikap kepeloporannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dengan sedikit penyederhanaan, kepeloporan dijelaskan sebagai berikut:

Arti pelopor ialah yang berjalan di depan, perintis jalan; pembuka jalan; pionir, perintis pembaharuan. Memelopori artinya adalah berjalan mendahului, memimpin (memberi contoh atau teladan), merintis jalan atau perjuangan. Sedangkan kepeloporan maknanya perihal pelopor; sifat sebagai pelopor.

Pelopor memang tidak selalu mengikuti arus, bahkan sering menentang dan menantang arus.

Hanya ikan yang mati yang membiarkan dirinya terseret terbawa arus. Ikan yang hidup selalu mampu melawan arus untuk menunaikan misi, membangun kehidupan dan menjalankan fungsi, serta membangun generasi.

Contohnya ikan salmon. Mereka menetas dari telur-telur di sungai, ketika sudah dewasa bermigrasi menempuh berbagai arus dan gelombang yang menjadikan tubuh mereka kuat dan tumbuh membesar, lalu kembali ke sungai asalnya walau harus melawan arus deras dan air terjun, hanya untuk bertelur mempersiapkan generasi berikutnya.

Nabi Muhammad Saw orang suci dan insan kamil. Puncak kesucian dan kemuliaannya nampak ketika menjadi satu-satunya makhluk yang dapat mencapai sidrat al-muntaha di saat mikraj. (Kalau saya yang sudah mencapai tempat yang penuh kesempurnaan itu, saya tidak akan mau turun lagi ke bumi).

Baca juga: Berhentilah Jadi Pemimpin “Dulu”

Tetapi sesudah itu, beliau turun lagi ke bumi yang penuh dengan masalah, tidak larut dalam kesenangan diri yang sudah menjadi dekat dengan Allah Swt. Di bumi beliau mendapati umatnya kelaparan akibat diboikot orang. Tak ada orang musyrik Makkah yang mau bertransaksi dagang dengan umat Islam, akibatnya mereka jatuh kelaparan, miskin, dan terpaksa mengungsi ke luar Makkah untuk hidup dari rerumputan dan dedaunan sisa musim hujan. Belum lagi yang mengalami berbagai siksaan, terutama para budak yang berasal dari kelas sosial rendah. Merekalah kelompok yang menjadi pelopor peradaban Islam.

Hijrah tidak langsung menyelesaikan masalah. Setelah meninggalkan berbagai aset di Makkah, bercerai dengan sanak famili dan kehilangan relasi, berjuang “memulai lagi” kehidupan dari nol, mereka masih pula dikejar dan diserbu musuh. Dengan senjata dan modal yang seadanya, walau tentara musuh lebih hebat jumlah dan peralatan perangnya, para pelopor Islam itu menghadang musuh di Badar. Ada yang mati syahid, dimuliakan Allah. Ada yang tidak mati, lalu para ahlu al-Badr itu melanjutkan kehidupan dengan penuh kemuliaan.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi