Kurban dan Pelepasan Ego; Pengorbanan sebagai Jalan Menuju Kedamaian Batin
Kurban adalah simbol perjuangan melawan ego demi meraih kedamaian batin sejati
Ritual kurban, sebuah praktik yang mengakar kuat dalam berbagai tradisi keagamaan, seringkali dipandang sebagai tindakan kepatuhan dan pengabdian. Namun, jika kita menelusurinya lebih dalam melalui lensa psikologi, kurban menjelma menjadi sebuah metafora yang kaya akan makna tentang perjuangan internal manusia, khususnya dalam melepaskan belenggu ego demi mencapai kedamaian batin yang hakiki.
Tindakan menyembelih hewan kurban, dalam perspektif ini, bukan sekadar menghilangkan nyawa, melainkan sebuah simbolisasi dari penyisihan sifat-sifat egoistik yang menghalangi jiwa untuk terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Ego, dalam psikologi, adalah bagian dari diri yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pribadi, seringkali dengan mengabaikan atau bahkan merugikan orang lain. Ia adalah sumber dari keserakahan, keangkuhan, iri hati, dan berbagai emosi negatif lainnya yang menggelapkan hati dan menjauhkan kita dari ketenangan.
Baca juga: Idul Adha, Tasyriq dan Kurban
Kurban, dengan demikian, dapat dipahami sebagai sebuah latihan radikal untuk menaklukkan dominasi ego. Tindakan memberikan sesuatu yang berharga, bahkan yang dicintai, mengajarkan kita tentang nilai melepaskan, tentang ketidaklekatan pada kepemilikan materi, dan tentang empati terhadap sesama yang membutuhkan.
Kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Ismail AS, adalah contoh paling kuat dalam tradisi Islam tentang ujian keimanan dan kepatuhan. Namun, di balik ujian eksternal tersebut, terdapat pergulatan internal yang mendalam. Ibrahim harus berjuang melawan bisikan egonya, rasa cinta dan kepemilikan terhadap sang buah hati.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______