Maka tugas dokter ini adalah tugas yang besar bagi yang memahaminya. Bahkan walaupun dia mengambil gaji. Karena gaji adalah harga dari waktu yang dicurahkan bukan harga ibadah. Maka beruntunglah dokter yang meluruskan niatnya dalam bekerja dengan cara ini.
Menurut murid dari Syekh Abdullah bin Muhammad Shiddiq Al Ghumari ini, yang menjenguk orang sakit hanya sekadar menyapa assalamualaikum dan bertanya bagaimana kondisinya lalu ia pergi, mendapat pahala yang besar. Maka bagaimana dengan yang mengobatinya, menasehati, dan meringankan sakitnya? tentu pahala seorang dokter lebih tinggi dari yang membesuk.
Mengapa demikian? Sebab dokter mendapat pahala menasehati, merawat, memotivasi, meringankan sakit dalam tubuhnya.
Akan tetapi, menurut ulama yang juga seorang dokter ini, sebagian dokter tidak memahami kelembutan makna ini. Sehingga profesi sebagai dokter hanya untuk menumpuk harta dan popularitas serta melupakan makna kelembutan ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya seorang dokter muslim menghadirkan makna ini dalam dirinya.
Kendati demikian, pahala ini bukan hanya untuk para dokter, tetapi juga untuk para perawat, apoteker dan semua yang terlibat dalam penanganan pasien. Bahkan pekerja kebersihan (cleaning service) rumah sakit, yang menyediakan ranjang pasien, hingga insinyur yang membangun gedung rumah sakit. Semuanya mendapat pahala yang besar.
Apa alasannya? sebab sekadar menjenguk orang sakit saja mendapat pahala, apalagi yang membantu dan mengobatinya. Maka, kata pengarang Shalawat Yusriyah ini, setiap orang yang ikut andil dengan cara apapun, ia mendapat pahala yang besar. Termasuk mereka yang melakukan penelitian ilmiah, mencari obat, semuanya masuk dalam kategori ini.
Ulama asal Mesir ini juga mengatakan bahwa keutamaan ini meliputi juga bagi istri yang merawat suami, dan anak-anaknya yang sakit, begitu pula sebaliknya. Juga bagi mereka yang merawat ibu, ayah, saudara dan tetangganya yang sakit. Semuanya mendapat pahala yang besar, lebih besar dari sekadar menjenguk orang sakit.
Dokter spesialis bedah ini menuturkan, bahwa hakikat kehidupan seorang muslim ialah peralihan dari satu ibadah ke ibadah lain sepanjang usia. Jadi, sepanjang usianya bernilai ibadah, jika seseorang memahaminya. Dan hamba Allah yang mendapat taufiq ialah yang mempergunakan niatnya sehingga menerima tugas beramal tanpa menggerutu dan terpaksa.
Tidaklah seseorang menjenguk orang yang sakit pada sore hari melainkan akan keluar bersamanya tujuh puluh ribu malaikat yang memintakan ampunan untuknya hingga pagi hari, dan baginya kebun di surga. Dan siapa yang menjenguknya pada pagi hari, maka keluar bersamanya tujuh puluh ribu malaikat yang memohonkan ampunan baginya hingga sore hari, dan baginya kebun di surga. (HR. Abu Dawud).
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______