Hakikat Berqurban Menurut Pangersa Abah Anom

Hakikat qurban adalah untuk menghilangkan sifat-sifat hewan yang ada dalam diri kita. Walaupun kita sudah qurban dengan hewan, namun sifat keras kepala dan sombong masih ada, maka hakikatnya kita belum qurban, demikian dituturkan Pangersa Abah Anom saat kuliah subuh pada bulan Dzulhijjah 1414 H.

KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin qs menjelaskan bagaimana hakikat qurban yang sebenarnya. Qurban tidak sekadar dilakukan dengan menyembelih hewan qurban untuk mendekatkan diri pada-Nya, tetapi memiliki esensi yang mendalam, yakni untuk menghilangkan sifat-sifat hewan dalam diri kita.

Secara syariat Allah Swt memerintahkan untuk berqurban sebagai bentuk ibadah hanya kepada-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surah Al Kautsar ayat 2.

Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

Dalam perintah untuk berqurban tersebut terdapat perintah yang tersirat, yakni menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia yang bisa menyebabkan kesengsaraan dunia maupun akhirat.

Al Qur’an menggambarkan manusia dipersamakan dengan sifat binatang seperti dijelaskan dalam ayat berikut ini,

Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. [Surah Al-Aʿrāf: 176]