Ibadah Harus Didasari Rasa Syukur
Manusia diwajibkan untuk beribadah sesuai dengan kemampuannya
Manusia harus menyadari bahwa tujuan utama dari penciptaan dirinya adalah untuk ibadah. Ibadah adalah kebutuhan manusia, bukan untuk Allah Swt, tapi untuk manusia itu sendiri.
Kebaikan, keuntungan dan keutamaan ibadah akan kembali pada manusia. Sebaliknya, manusia yang enggan melaksanakan ibadah akan sangat merugi. Allah Swt tidak akan rugi jika manusia tidak menyembah-Nya, juga tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. Demikian pun ketika manusia menyembah Allah sebanyak apapun tidak menambah kebesaran dan keagungan-Nya.
Kewajiban ibadah bagi manusia ialah bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Melaksanakan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya ialah demi manusia itu sendiri.
Baca juga: Tiga Hal Untuk Memperoleh Manisnya Ibadah
Manusia diwajibkan untuk beribadah sesuai dengan kemampuannya. Jadi tidak ada alasan untuk tidak beribadah pada-Nya.
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. [Surah At-Taghābun: 16]
Kewajiban syariat berlaku sejak baligh hingga ajal datang. Pada masa itu amal ibadah manusia dicatat dan akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk melakukan muhasabah terhadap amal yang dilakukan.
Baca juga: Pangersa Abah Anom Bagikan Tips Agar Bisa Perbanyak Ibadah
KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin qs memberi pesan bahwa pelaksanaan ibadah dan pengabdian kita kepada Allah jangan didasari oleh beban, melainkan harus berlandaskan rasa syukur kepada-Nya.
“Kita harus sungguh- sungguh mengabdi kepada Allah swt. Pengabdian tersebut harus didasari rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita yang tidak terhitung. Sehebat apapun ibadah kita tidak akan sebanding dengan nikmat yang Allah berikan kepada kita,” demikian ungkap beliau saat kuliah subuh tahun 1412 H sebagaimana dikutip dari ldtqn official.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______