Hakikat Berqurban Menurut Pangersa Abah Anom
KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin qs menjelaskan bagaimana hakikat qurban yang sebenarnya
Dan untuk sifat rabbaniyah ialah jika di dalam dirinya ada sifat-sifat Rabbani sebagaimana firman Allah Swt,
Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku. [Surah Al-Isrāʾ: 85]
Dalam konteks menyangkut qurban, Pangersa Abah menyatakan, “walaupun kita sudah qurban dengan hewan, namun sifat keras kepala dan sombong masih ada, maka hakikatnya kita belum qurban”.
Hal ini menegaskan bahwa sifat buruk semisal keras kepala dan sombong dan sifat buruk lainnya maka ia termasuk sifat hewan (sabu’iyah dan atau pun bahimiyah) yang harus dihilangkan. Terlebih lagi bila sifat hewan tersebut bercampur dengan sifat syaithaniyah sebagaimana diterangkan Imam Ghazali.
Karena hakikat dari diterimanya qurban ialah ketaqwaan kepada Allah Swt, yakni menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya baik bersifat dzahir maupun yang batin.
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. [Surah Al-Ḥajj: 37]
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______

