Guru Sufi Hanya Mengikuti Rasulullah Saw dalam Ucapan, Perbuatan dan Akhlak

Guru sufi tidak hanya menjelaskan kepada orang-orang mengenai hukum-hukum syariat serta adab-adabnya secara ucapan teoritis. Melainkan menuntun murid-muridnya dan berjalan bersamanya menempuh jalan-jalan mendaki, demikian ungkap Syekh Abdul Qadir Isa dalam Haqaiq ‘an at Tasawuf.

Guru sufi menemani murid-muridnya dalam semua fase perjalanan menuju Allah Swt. Beliau meliputi mereka dengan pemeliharaan dan pertolongan, juga melimpahkan kasih sayang dan kelembutan.

Guru sufi juga mengarahkan, menjadikan murid-muridnya bangkit dengan cita-cita tinggi dan keluhuran kebenaran. Mengingatkan mereka ketika lupa, meluruskan mereka ketika melenceng, menginspeksi mereka ketika ghaib atau tidak hadir bersamanya, menggiatkan kembali ketika layu.

Baca juga: Keistimewaan Guru Mursyid Bagi Murid-muridnya

Begitulah guru sufi mendesain kurikulum atau metode praktek (manhaj ‘amali) bagi murid-muridnya yang memungkinkan mereka meraih rukun agama yang tiga, Iman, Islam dan Ihsan.

Guru-guru sufi adalah pionir dalam amal dan perilaku batin, bukan sekedar klaim dan ucapan. Betapa mudahnya sekadar ucapan dan pengajaran, dan betapa sulitnya mengamalkan dan mengaplikasikannya.

Sungguh Guru-guru sufi tidak menciptakan metode dan cara baru, akan tetapi mereka hanya berjalan mengikuti ucapan, perbuatan, dan akhlak Rasulullah Saw.

Baca juga: Guru Mursyid Ibarat Dokter Yang Mengobati Penyakit Qalbu

Sebagai Guru sufi, Pangersa Abah Anom dalam ajaran-ajarannya tercermin bahwa semua itu ditujukan agar ikhwan bisa menyeimbangkan antara ilmu amaliah dan amal ilmiah sehingga bisa meneladani Rasulullah Saw.

“Kita harus menuntut ilmu, tapi ingat banyak orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya karena tidak mengamalkan ilmunya,” pesan KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin qs dalam kuliah subuh pada bulan Rabi’ul Akhir 1412 H. []