Dua Anugerah Allah, Cerdas dan Bebas

Dengan cerdas dan bebas, manusia akan menemukan titik keseimbangannya

“Jika engkau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah semua kebusukanmu dengan selimut agama,” demikian kata Ibnu Khaldun, seorang ulama dan filososof Islam terkenal.

Itu sebabnya orang beragama tidak boleh hanya mengandalkan sikap ikhlas, mereka juga harus cerdas, agar tidak diperbodoh oleh orang-orang cerdas yang tidak beragama secara ikhlas.

KH. Wahfiudin Sakam memberikan contoh, imam yang keliru bacaan dan tindakannya harus disikapi dengan cerdas oleh makmum. Tak boleh makmum diam saja karena alasan menerima dengan ikhlas.

Baca juga: Dua Macam Rezeki Menurut Abah Anom

Sikap yang demikian menunjukkan bahwa beribadah bukan hanya harus dilakukan dengan ikhlas, juga tetap harus cerdas.

“Ikhlas itu penting. Menjadi cerdas itu juga penting dan perlu. Karena ada orang yang cerdas tetapi tidak ikhlas, atau memanfaatkan orang lain yang tidak cerdas,” ujarnya.

Wakil Talqin Pangersa Abah Anom itu melihat bahwa di kalangan ikhwan TQN masih ada orang yang membungkus kemalasan dengan tanbih; membalut masa bodoh (acuh tak acuh) dengan tanbih; mengemas kerakusan dengan tanbih.

“Jangan membungkus malas dengan selimut ikhlas,” tegasnya.

Baca juga: Dua Hal Ini Syarat Untuk Meneladani Nabi Muhammad Saw

Wakil Ketua MUI Pusat Komisi Pendidikan dan Kaderisasi itu menyampaikan bahwa di zaman demokrasi liberal, semua bebas berbicara dan berkomentar, bahkan berbohong. Semua bebas untuk percaya atau tidak. Bebas untuk memilih. Bebas untuk mengungkapkan pengalaman dan harapan. Kebodohan dan kecerdasan jadi pilihan. Orang bebas merasa tahu (sok tahu) atau pun merasa suci.

Karena memang, karunia Allah terbesar kedua setelah kecerdasan adalah Dia memberi kebebasan kepada manusia untuk menjalani hidupnya di muka bumi.

Dengan kecerdasan dan kebebasan ini, maka manusia harus bertanggung jawab terhadap pilihan dan langkah-langkah hidupnya.

Baca juga: Waspada Dua Hal Ini Membawa Laknat

“Kalau semua saling bebas, akankah terjadi benturan dan keadaan chaotic (kacau bala)? Dengan cerdas dan bebas, manusia akan menemukan titik keseimbangannya.”

Dewan Pembina Laznas DPF itu menyatakan bahwa cerdas dan bebas adalah di antara takdir-takdir yang Allah tetapkan untuk manusia. Siapa pun bebas memilih menjadi cerdas atau tidak. Bebas menjadi cerdas dan ikhlas, ikhlas tanpa cerdas atau cerdas tanpa ikhlas. []


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi