Bila kita ingin mengetahui, bagaimana generasi yang akan datang, maka kita bisa mengenali keadaan mereka pada pembentukan calon generasi itu di masa kini. Bila kehidupan generasi muda masa kini tidak terdidik dengan baik, terbentuk sebagai calon-calon pemimpin masa depan, maka keadaan generasi penerus akan mengalami kemerosotan dan kerapuhan.
Sebaliknya bila generasi masa kini mampu membentuk kaum mudanya sebagai generasi yang terdidik dan terarah serta memiliki kemampuan yang prima, maka akan mampu melahirkan generasi yang kuat dan tangguh, yang mampu melahirkan karya-karya besar bagi masyarakat dan bangsanya.
Dalam kenyataan sejarah, banyak dijumpai kehidupan suatu bangsa yang besar, tapi mereka tidak mampu membentuk generasi penerus yang diharapkan. Akhirnya bangsa besar itu menjadi sirna, atau menjadi suatu kelompok kecil yang tidak diperhitungkan lagi oleh bangsa-bangsa lain. Keadaan seperti ini misalnya diisyaratkan oleh salah satu hadis Nabi Saw:
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ. (رواه مسلم)
“Tidak ada Nabi yang diutus sebelumku, melainkan memiliki sahabat-sahabat yang setia, yang benar-benar mengikuti ajaran Nabinya. Kemudian timbullah setelah mereka suatu generasi yng banyak bicara dan tidak mengamalkannya, mereka melakukan kegiatan yang tidak diperintahkan”. (HR. Muslim, No: 71).
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa setiap umat tidak bisa lepas dari kehidupan generasi penerusnya. Generasi itu adakalanya mampu mempertahankan nilai-nilai luhur dari pemimpin dan para pendahulu mereka, sehingga mereka tetap jaya. Baca juga…
Ada juga generasi yang rapuh, yaitu generasi yang tidak mampu mempertahankan nilai-nilai luhur, mereka mengabaikan kebaikan-kebaikan yang disampaikan dari generasi masa lalu. Generasi rapuh ini, biasanya ditandai dengan kehidupan yang tidak terpola, gemar membuang-buang waktu, senang berfoya-foya, banyak ngomong dan tidak pandai bekerja. Etos kerja generasi ini sangat rendah, dan idealismenya telah terkikis dari dada mereka, hasratnya telah lemah dan semangatnya semakin mengendor.
Generasi rapuh yang terpuruk ke dalam kehinaan, biasanya ditandai dengan kekacauan, keburukan dan kedzaliman serta perbuatan tercela. Bahkan kedzaliman dan kemungkaran sudah meluas sedemikian rupa, sehingga terkesan sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa saja.
Bila gejala ini terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka setiap muslim harus berusaha menghilangkan dan memberantasnya dengan cara yang bijaksana. Bila tidak ada usaha untuk menghilangkan kedzaliman dan kemungkaran maka imannya telah terlepas dari dadanya. Mengenai hal ini, Nabi bersabda:
فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ (رواه مسلم)
“Maka siapa yang memerangi generasi yang bobrok itu dengan tangannya (kekuasaan), maka ia adalah seorang mukmin. Siapa yang menentang mereka dengan lisannya, maka ia juga seorang mukmin dan siapa yang memeranginya dengan hatinya, maka ia juga seorang mukmin. Bila tidak, maka tidak tinggal lagi imannya meskipun sebesar biji sawi”. (HR. Muslim, No: 71).
Manusia muslim harus bersikap tegas dalam memberantas kebatilan dan kedzaliman, terutama yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya. Apabila manusia muslim tidak bersikap tegas terhadap kebatilan dan kedzaliman, maka ia akan tenggelam di dalamnya, atau paling tidak terkena akibatnya. Kebatilan dan keburukan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat pasti akan menimbulkan bencana dan kerusakan. Nabi bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ (رواه الترمذي)
“Demi Allah yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya. Kamu sekalian harus memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau kalau tidak, pasti Allah akan menurunkan siksa padamu, kemudian kamu berdo’a, maka do’a tidak akan dikabulkan lagi”. (HR. Tirmidzi, No: 2095 ).
Sabda Nabi tersebut mengisyaratkan pada kita, bahwa apabila suatu masyarakat telah diliputi dengan kebatilan dan kemungkaran, pasti akan timbul bencana. Bencana itu tidak saja mengenai mereka yang mengerjakan kemungkaran dan bergelimang dosa, tetapi juga akan mengenai orang-orang yang tergolong baik. Baca juga…
Karena mereka yang tergolong baik itu tidak berusaha untuk memberantas kebatilan itu, sehingga ia termasuk orang-orang yang meridhai atau merelakan merajalelanya kemungkaran. Wajarlah kalau mereka mendapat bagian dari bencana itu. Adzab Allah atau bencana yang menimpa mereka bisa berupa bencana alam, kerusakan, terjangkitnya bibit penyakit dan sebagainya. Bisa juga adzab itu langsung ditimbulkan dari perbuatan jahat anggota masyarakat, sehingga menimbulkan bencana bagi umat secara keseluruhan. Misalnya, karena kegiatan permainan judi yang meluas, mabuk-mabukkan, perzinahan, penganiayaan dan sebagainya, akibat dari semua itu akan menimbulkan musibah yang mengerikan.
Bencana dan kerusakan yang timbul dalam kehidupan di dunia ini, sebenarnya diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri. Perhatikan, timbulnya kerusakan di darat, pencemaran laut dan udara, bencana banjir, tanah longsor dan lain sebagainya adalah disebabkan oleh ulah dari manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Al-Qur’an memperingatkan kita:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S. Al-Rum, 30:41).
Kita harus berusaha agar generasi penerus tidak terjerembap dalam kehinaan, menjadi generasi yang rapuh dan tidak memiliki tanggung jawab bagi kehidupan masa depan. Kita harus terus menggembleng mereka agar menjadi generasi yang baik dan bertanggung jawab. Orang tua dan para pemimpin harus bekerja keras untuk membentuk suatu masyarakat yang kondusif bagi kemuliaan generasi penerus. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah mempersiapkan mereka menjadi manusia-manusia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
#generasi #ilmu #amaliah
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______