Wushul kepada Allah Swt itu dengan cara mendapatkan talqin dzikir terlebih dahulu, sedangkan setelah ditalqin, kita dalam berdzikir kadang nikmat, kadang juga lemah. Bagaimana menyikapi keadaan seperti ini? Lalu apa kategorinya wushul kepada Allah Swt?
Demikian di antara pertanyaan yang diajukan kepada ustadz H. Andhika Darmawan dalam tanya jawab amaliah TQN Suryalaya bersama Majelis Dzikir SAEPI.
“Kita bisa wushul kepada Allah Swt adalah karena ridha Allah dan jadzbah (tarikan) ilahi. Di antara cara mendapatkan ridha Allah adalah kita berbai’at kepada Rasulullah Saw melalui Wali Mursyid kamil mukammil pada zamannya,” jawab ustadz Andhika.
Baca juga: Mau Riyadhah Mandi Tobat Apa Harus Dapat Ijazah Dulu
Hal ini sebagaimana digambarkan dalam al Qur’an surah Al Fath ayat 10 dan 18.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ ٱللَّهَ يَدُ ٱللَّهِ فَوۡقَ أَيۡدِيهِمۡۚ فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِمَا عَٰهَدَ عَلَيۡهُ ٱللَّهَ فَسَيُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا
Bahwa orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri; dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Dia akan memberinya pahala yang besar. (Surah Al-Fath: 10).
لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا
Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat, (Surah Al-Fath: 18).
“Sesuai ayat tersebut, bentuk bai’at kepada Rasulullah Saw itu terangkum dalam prosesi Talqin Dzikir TQN Suryalaya,” imbuhnya.
Wakil Ketua LDTQN Jakarta itu kemudian menekankan agar tidak terjebak dengan mengejar-ngejar rasa nikmat dzikir.
Baca juga: Bagaimana Mengetahui Dzikir Kita Telah Tembus Tujuh Lathifah
“Kemudian ketika kita mengalami nikmat dan tidak nikmat dzikir, itu semua adalah proses agar kita tidak terjebak mengejar-ngejar rasa nikmat dzikir. Kita berdzikir baik nikmat atau tidak nikmat-nikmat semata-mata karena Allah Swt. Jadi rasa nikmat dan tdk nikmat ketika dzikir adalah bagian dari proses agar kita bisa ikhlas dalam berdzikir,” jelasnya.
Adapun kategori wushul kepada Allah Swt, sambungnya, adalah kita selalu dalam keadaan iman dan taqwa, penuh ketaatan kepada Allah serta meninggalkan kemaksiatan secara zhahir bathin. Wallaahu a’lam.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______