Ketika Dzikir Mengusik, Tapi Tidak Ditolak
Cahaya kadang datang bukan lewat ceramah, tapi dari langkah ikhlas mencoba
Jika engkau merasa ragu, itu wajar. Jika engkau belum paham, tidak apa-apa. Tapi jangan tolak dulu, karena terkadang cahaya tidak datang lewat ceramah, tapi lewat langkahmu yang mau mencoba dengan ikhlas.
Tahun 1992, Saya datang dari sebuah desa kecil dengan satu niat, menuntut ilmu. Tujuan utama saya saat itu adalah kuliah di IAILM Suryalaya. Sederhana, tanpa banyak ekspektasi. Tidak pernah terlintas bahwa langkah ini akan membuka sebuah jalan ruhani yang perlahan tapi pasti mengubah cara saya memandang ilmu, amal dan hidup.
Saya tiba di Suryalaya tepat waktu Dzuhur, langsung menuju masjid dan ikut berjamaah. Seusai salam, terdengar lantunan dzikir yang menggema… dzikir jahar, dengan suara yang keras dan teratur. Saya terdiam. Itu bukan jenis dzikir yang biasa saya dengar atau pelajari di pesantren sebelumnya. Ada rasa asing dalam dada.
Saya tidak ikut dzikir. Saya memilih naik ke lantai dua masjid, rebahan sebentar, dan mendengarkan dari atas. Dalam hati muncul tanya, “Kenapa dzikirnya seperti ini? Kenapa tidak seperti yang saya pelajari dulu?”
Baca juga: Belajar dari Alam, Makhluk Allah Yang Senantiasa Bertasbih
Tak lama kemudian, seorang muballigh yang mendampingi saya berkata, “Ayo, ikut talqin dzikir dulu ke Madrasah, bersama Abah Anom.”
Tanpa banyak pikir, saya ikut. Mungkin karena rasa hormat, mungkin juga karena ingin tahu. Saya duduk, mendengarkan, mengikuti. Tapi jujur, tak banyak yang saya pahami. Justru setelah talqin, muncul lebih banyak pertanyaan di kepala saya. Namun satu hal saya yakini, saya tidak akan menolak ilmu yang belum saya pahami.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______