Ini Tiga Tuntutan Jadi Mujahid Dakwah
Bahkan tak sedikit pula juru dakwah yang tidak memperhatikan kode etik dakwah
Wakil Talqin yang diangkat pada tahun 1990 ini mengatakan bahwa seorang da’i bagaikan pelayan toko. Tugasnya menjaga, memelihara dan menawarkan barang dagangan sesuai dengan petunjuk sang majikan. Laku ataupun tidak laku, dia akan tetap menerima gaji setiap bulan dari sang majikan. Demikian juga para da’i yang tugasnya hanya menjaga memelihara dan menyampaikan kesucian Islam kepada seluruh umat manusia sesuai dengan petunjuk-Nya.
Apakah manusia menerima atau menolaknya, juru dakwah tidak akan kehilangan pahala asalkan dia tetap komitmen tinggi serta konsisten terhadap segala aturan main yang ditetapkan Allah dalam menyampaikannya. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam surat Ali Imran: 20:
Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.” Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Kitab dan kepada orang-orang ummi,”Sudahkah kamu masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya. [Surah Āli-‘Imrān: 20]
Kiai Zaenal yang juga pengemban amanah mengatakan, maka setiap da’i dituntut untuk, pertama, mengetahui dan menghayati materi agama yang disampaikannya. Kedua; mengenal karakter manusia yang akan menerima tawaran dakwah tersebut dengan baik. Ketiga, memiliki keterampilan atau kompetensi khusus dalam menawarkan dan menyajikannya.
Baca juga: Agar Dakwah TQN Lebih Efektif dan Efisien
Kiai Zaenal atau yang akrab disapa Pak Njen ini menerangkan bahwa setiap pribadi muslim wajib menjadi da’i atau juru dakwah, dengan kata lain wajib mengajak dan menyampaikan kebenaran walaupun satu ayat (yang dipahaminya). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: “sampaikanlah apa yang dariku walaupun hanya satu ayat”.
Seorang juru dakwah atau mujahid dakwah, menurut Kiai Zaenal Abidin, harus bersedia melakukan introspeksi diri dan cepat mawas diri. Jika pada suatu saat ajakannya ditolak oleh masyarakat di suatu tempat, jangan langsung menarik kesimpulan bahwa mereka anti agama Islam.
“Mungkin sikap dan cara menyampaikannya ketika itu kurang simpatik. Maka jika orang itu bersungguh-sungguh untuk mencari jalan dan metode yang paling baik dalam berdakwah, barulah disebut Mujahid Dakwah,” pungkasnya.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______