Islam tidak melarang umatnya untuk memperoleh kekayaan atau mengumpulkan harta benda. Itu sebabnya harta oleh al Qur’an juga dinamai dengan khair (sesuatu yang baik). Bukan saja mengisyaratkan bahwa ia harus diperoleh dan digunakan secara baik, tapi juga berfungsi menambah kebaikan seseorang.
Akan tetapi dalam Islam, kekayaan bukan sekadar memiliki harta benda yang banyak dan berlimpah. Justru ada kekayaan sejati yang semestinya dimiliki oleh setiap orang. Kekayaan itu ialah kekayaan jiwa.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Abu Hurairah meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan itu ialah kekayaan jiwa” (HR. Muslim).
Ketika menjelaskan apa makna hadis ini, ulama punya pandangan, di antaranya bahwa orang yang memiliki kekayaan jiwa, ialah orang yang ridha dengan ketetapan Allah Swt. Baca juga…
Hakikat kekayaan bukanlah harta yang banyak, karena banyak di antara mereka yang Allah limpahkan kekayaan harta tetapi tidak pernah puas dengan apa yang telah diberikan pada mereka. Sehingga mereka berusaha untuk menambahnya lagi dan tidak peduli dari mana asalnya. Justru mereka inilah yang disebut faqir karena sangat berhasrat menginginkan harta dan ingin terus menambahnya.
Karena hakikat kekayaan adalah kekayaan jiwa, yakni orang yang merasa cukup dengan apa yang telah diberikan kepadanya, puas (qana’ah) dan ridha dengannya.
Al Qurthubi mengatakan, bahwa kekayaan yang bermanfaat, yang agung atau kekayaan yang terpuji ialah kekayaan jiwa. Penjelasannya seperti ini, jika jiwa merasa cukup dia berhenti menjadi serakah (tamak). Maka ia menjadi dimuliakan, dia mendapatkan lebih banyak kebaikan, integritas, kehormatan, dan pujian daripada kekayaan yang diperoleh oleh orang yang miskin jiwanya karena tidak pernah merasa puas.
Kemiskinan jiwa yang antara lain selalu merasa tidak puas dan kikir, bisa membuat seseorang terjerat dalam urusan yang tercela dan perbuatan yang hina. Sehingga akan banyak orang yang mengecamnya dan memandang rendah martabatnya, sehingga ia menjadi lebih hina dari orang yang hina. Baca juga…
Kesimpulannya, orang memiliki kekayaan jiwa merasa puas dengan apa yang Allah anugerahkan padanya dan ridha dengan apa yang Allah bagi untuknya, Sebaliknya, orang yang miskin jiwanya adalah dia yang selalu tidak puas dengan apa yang diberikan kepadanya. Bahkan dia selalu mengejar tambahan dengan cara apapun yang bisa dia lakukan tanpa peduli halal haram.
Ciri orang yang miskin jiwanya ialah ketika tidak memperoleh yang didamba atau ketika kehilangan sesuatu ia akan merasa amat sedih dan menyesal. Sekali lagi, kekayaan jiwa timbul dari ridha dengan ketetapan Allah Swt dan tunduk dengan perintah-Nya, serta menyadari bahwa yang di sisi Allah yang baik dan kekal.
#khair #miskin #jiwa
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______