Jakarta – Dalam Kamus KBBI kata “syukur” berarti rasa terima kasih kepada Allah SWT, ia juga bisa bermakna pernyataan lega dan senang. Beragam definisi Ulama tentang syukur, walau demikian Allah berjanji akan menambah nikmat bagi siapa saja yang bersyukur.
Sebagaimana disebutkan dalam surah Ibrahim ayat 7, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat’.”
Imam Ghazali di dalam Al Ihya mengingatkan bahwa syukur tersusun dari tiga hal. Pertama Pengetahuan akan segala kenikmatan berasal dari anugerah Allah SWT, sehingga tak sedikitpun terbersit bahwa itu hanya hasil diri sendiri yang pada akhirnya malah melahirkan kesombongan dan egosentris bahkan iri dengki. Dari sini juga kita hendaknya menisbatkan segala sesuatu yang baik kepada Allah, bukan sebaliknya.
Kedua, bahagia dengan hadirnya nikmat, jika seseorang belum menemukan kebahagiaannya bisa dipastikan ia belum mengenal dan menyadari aneka nikmat Allah padanya. Sehingga dari sini kita perlu mengingat dan merenung aneka kenikmatan agar yang muncul adalah perasaan senang dan gembira, bahkan bila perlu kita tulis dan pikirkan. Pada saat kita luput dari mengingat anugerah Allah maka yang hadir adalah perasaan susah dan sedih.
Ketiga ialah senantiasa melakukan aneka kebajikan dengan seluruh anggota tubuhnya sebagai bentuk terima kasih kepada Allah SWT.
Al Ashfahani dalam al Mufradat menyebutnya, syukur dengan qalbu, syukur dengan lisan, syukur dengan aplikasi perbuatan.
Singkatnya, Pengetahuan dan kesadaran akan kenikmatan dari Allah SWT adalah kunci yang bisa menyebabkan seseorang terkondisikan dalam keadaan senang dan bahagia. Dan dari perasaan bahagia tersebut melahirkan aneka aktivitas yang menyenangkan Tuhan dan mengundang Ridha-Nya.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______