Wejangan Abah Anom, Pentingnya Tawassul Saat Ini

Dalam ayat ini Allah Swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertaqwa kepada Allah Swt, yakni menjaga diri dari semua hal yang dibenci-Nya. Beliau juga memerintahkan untuk mencari secara sungguh-sungguh wasilah. Wasilah ialah sesuatu atau hal yang dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dalam konteks ini ialah mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki memberikan catatan terkait tawassul sehingga kita memiliki pemahaman yang benar dan tidak disalahpahami.

Pertama, tawassul merupakan salah satu cara doa dan pintu untuk menghadap (tawajjuh) kepada Allah Swt. Maka yang menjadi maksud atau tujuan asli yang hakiki itu adalah Allah Swt. Sedangkan sesuatu yang dijadikan tawassul itu dengannya hanyalah alat dan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah Swt). Siapa yang meyakini selain pengertian ini dia jatuh dalam kemusyrikan.

Kedua, orang yang bertawasul tidaklah bertawassul dengan menyertakan wasilahnya dalam doa kecuali karena rasa cintanya kepadanya dan disertai keyakinan bahwa Allah juga mencintainya. Jikalau yang terjadi sebaliknya, maka ia jadi orang yang paling jauh dan paling benci dengan wasilahnya.

Baca juga: Wejangan Pangersa Abah Anom Yang Universal

Ketiga, tatkala orang yang bertawassul meyakini bahwa orang yang dijadikan wasilah kepada Allah dapat memberi manfaat dan mudharat dengan dirinya sendiri setara atau lebih rendah dari Allah, maka dia jatuh dalam kemusyrikan.

Keempat, praktek bertawassul bukan sesuatu yang bersifat wajib (mutlak) atau menjadi prasyarat yang memaksa. Karen pengabulan doa tidak bergantung padanya. Tetapi pada prinsipnya mutlak berdoa kepada Allah sebagai firman-Nya, ‘Jika hamba-Ku bertanya tentang-Ku kepadamu (hai Muhammad), sungguh Aku sangat dekat,’ atau firman Allah ta’ala, ‘Katakanlah hai Muhammad, ‘Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik (Asma’ul Ḥusna)