Urgensi Bertasawuf Menurut Syekh Abdul Qadir Isa

Syekh Abdul Qadir Isa dalam karyanya Al Haqaiq ‘an At Tasawwuf menyatakan bahwa beban syariat (at takalif as syar’iyyah) atau kewajiban keagamaan bagi setiap mukallaf secara garis besar terbagi dalam dua bagian.

Pertama hukum yang berkaitan dengan amalan lahiriah dan kedua ialah hukum yang berkaitan dengan amalan batiniah. Dengan kata lain, ada hukum terkait secara fisik (jismiyah) dan ada amalan terkait secara qalbu (qalbiyah).

Menurut Syekh Abdul Qadir Isa, amalan secara fisik ini terdiri dua macam, yakni perintah (al awamir) dan larangan (an nawahi). Yang termasuk perintah itu seperti mendirikan shalat, membayar zakat dan melaksanakan haji. Adapun yang termasuk larangan misalnya membunuh, mencuri, berzina dan meminum khamr.

Amalan secara qalbu pun demikian, terdiri dari perintah dan larangan. Misalnya perintah untuk beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, ikhlas, ridha dan tawakkal. Dan larangan seperti kufur, nifaq, kibr (sombong), ujub, riya’, iri dan dengki.

Jenis yang kedua yakni kewajiban yang berkaitan dengan qalbu dinilai lebih penting ketimbang jenis yang pertama yakni kewajiban secara fisik.

Mengapa Amaliah Qalbu Lebih Penting Ketimbang Amaliah Fisik?

Jawabannya karena batin adalah dasar, sumber sekaligus prinsip dari yang nampak secara lahiriah. Batin inilah yang menentukan kualitas dan nilai dari amalan lahiriah secara fisik.

Namun perlu digaris bawahi terlebih dahulu, bukan berarti salah satunya itu tidak penting. Karena keduanya penting, baik amalan jismiyah maupun qalbiyah.

Dalam Islam ibadah dilakukan secara lahiriah dan batiniah sekaligus. Tidak memisahkan keduanya, tetapi terintegrasi. Tidak sekedar misalnya melaksanakan ibadah ritual tapi mengabaikan substansinya atau melakukan ibadah sosial tapi demi meraih pujian. (Foto: FreePik)

Baca juga: Tasawuf Menurut Kitab Tanwirul Qulub.

Sebagaimana digambarkan dalam surah Al Kahfi ayat 110, di mana amalan kebaikan secara fisik harus ditopang oleh qalbu yang tidak menyekutukan-Nya dengan siapa pun.

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Demikian juga kita bisa melihat bagaimana Rasul Saw mengarahkan para sahabatnya untuk memperbaiki qalbunya. Karena kebaikan seseorang itu tergantung pada perbaikan qalbunya dan sembuh dari aneka macam penyakit qalbu yang tersembunyi.

ألا وإن في الجسد مُضغة إذا صلحتْ صلح الجسد كله، وإذا فسدت فسد الجسد كله، ألا وهي القلب

Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia itu terdapat mudhghah, apabila ia baik, maka baik seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka ruska pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah qalbu. (HR. Bukhari dan Muslim).

Pentingnya membenahi amaliyah qalbu diisyaratkan Rasulullah Saw ketika mengajari para sahabatnya. Bahwa yang dilihat Allah dari seseorang itu ialah qalbunya. Sebagaiman beliau bersabda;

إن الله لا ينظرُ إلى أجسادكم ولا إلى صوركم، ولكن ينظرُ إلى قلوبكم

Sesungguhnya Allah tidak melihat fisikmu, tidak juga rupamu, akan tetapi Dia melihat qalbumu (HR. Muslim).

Berangkat dari sini, maka qalbu mesti dibersihkan dan dikosongkan (takhalli) dari sifat tercela yang dilarang Allah Swt serta menghiasinya (tahalli) dengan sifat yang baik sebagaimana diperintahkan-Nya. (Foto: FreePik)

Sehingga qalbu itu selamat dan sehat yang mengantar pemiliknya menampakkan sifat-sifat Allah Swt (tajalli). Serta memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

“(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang bersih),” (Asy Syu’ara: 88-89).


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi