Tarekat, Metode Jihad Yang Disyariatkan Agama

Kata jihad sendiri berasal dari kata jahd yang awalnya berarti kesulitan atau kesukaran ataupun kata juhud yang bermakna kemampuan. Sehingga orang yang berjihad pasti menghadapi kesulitan dan tidak akan berhenti sampai ia mengerahkan segenap kemampuannya hingga apa yang menjadi tujuannya berhasil.

Jihad juga diartikan sebagai upaya mengerahkan segenap kemampuan secara optimal untuk menghadapi musuh. Musuh jenisnya bermacam-macam, mulai dari yang kasatmata sampai yang tidak nampak. Ahli tasawuf membagi jihad menjadi dua macam, yakni jihad kecil dan jihad besar.

Jihad kecil menurut Syekh Yusri Rusydi Jabr al Hasani menggunakan istilah jihad fi sabilillah, sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjuang di jalan Allah, mereka adalah orang-orang yang berharap rahmat Allah, dan Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Pemurah. (QS. Al Baqarah: 218).

Sedangkan jihad besar di dalam Al Qur’an menggunakan istilah jihad fillah, yaitu pada firman Allah yang berbunyi:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, maka sesungguhnya akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami, dan sungguh Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al ‘Ankabut: 69).

Dinamakan dengan jihad besar karena berjihad memerangi hawa nafsu serta membersihkan qalbu dari segala sifat tercela, serta menghiasinya dengan sifat yang diridhai-Nya. Sebagaimana ulama tasawuf berkata,

التخلية قبل التحلية

Mengosongkan diri (dari sifat tercela) sebelum menghiasi diri (dengan sifat yang terpuji).

Layaknya seorang petani yang ingin menanam padi di sawah, maka hendaklah membersihkan rumput-rumput yang ada di sawahnya sebelum menanaminya, dan juga selalu membersihkan rumput yang menganggu serta menjaganya dari hama ataupun segala serangan yang bisa merusak padinya tersebut, agar padi itu tumbuh dan selamat hingga masa panennya. Demikian Syekh Yusri memberikan analogi. Baca juga…

Begitu juga dengan qalbu harus selalu dibersihkan. Menjaganya dari sifat-sifat tercela, serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji yang diridhai-Nya. Karena qalbu yang selamat ketika menghadap Allah, ialah yang bersih dari syirik, nifaq, serta terjaga dari syahwat yang kotor, sifat yang buruk, penyakit qalbu dan perbuatan yang tercela ketika di dunia.

يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ – إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ

(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qalbu yang bersih, (Asy-Syu’ara: 88-89).

Ketika pulang dari salah satu perang yang paling dahsyat dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw berkata kepada para sahabatnya. “Kita pulang dari jihad kecil menuju jihad yang besar.”

Para sahabat saling berpandangan dan bertanya-tanya. “Bukankah perang yang baru dilalui adalah perang yang besar?” Salah seorang sahabat kemudian bertanya, “apa perang yang lebih besar itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “perang melawan hawa nafsu.” Baca juga…

Kendati demikian, jihad kecil ataupun besar, menurut Syekh Yusri, harus sama-sama memiliki niat yang benar, yaitu menjadikan agama Allah mulia, sebagaimana baginda Nabi Saw bersabda:

من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا فهو في سبيل الله

Siapa yang berjuang demi tegaknya kalimat Allah, maka dia telah berjihad fi sabilillah (jalan Allah). (HR. Bukhari dan Muslim).

Jihad Besar Fardhu ‘Ain dan Punya Banyak Metode

Hawa nafsu adalah sesuatu yang pasti ada pada setiap mukmin, sehingga jihad ini berlangsung sepanjang hayat. Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin qs dalam Miftahus Shudur menegaskan bahwa jihad besar ini hukumnya fardhu ‘ain.

واعلم أن مخالفة النفس ومدافعة مرادها فرض عين وجهاد عظيم وأمر فخيم

Ketahuilah, bahwa melawan hawa nafsu dan menolak keinginannya adalah fardhu ‘ain, jihad yang agung dan urusan yang besar.

Sedangkan jihad kecil, berperang melawan musuh Islam, misalnya kafir harbi adalah suatu kondisi yang terjadi pada saat tertentu, dan tidaklah wajib bagi setiap muslim kecuali pada keadaan tertentu.

Jihad besar melawan hawa nafsu memiliki banyak metode, dan metode ini, kata Syekh Yusri, merupakan manhajnya para Mursyid tarekat dalam mentarbiyah murid-muridnya sehingga mampu mengalahkan dan mengendalikan hawa nafsunya, bukan mematikannya.

Manusia memiliki watak, tabiat yang beraneka macam. Maka Allah dengan segala rahmat-Nya, menjadikan banyak jalan yang tidak terbilang menuju pada-Nya, sebagaimana jumlah tarekat di dunia yang banyak macamnya. Baca juga…

Banyaknya tarekat ini bisa jadi sesuai dengan ragamnya watak, tabiat dan karakter masing-masing murid. Dari sini juga bisa dipahami, mengapa mazhab tasawuf yakni tarekat jauh lebih banyak dari mazhab dalam fiqih dan aqidah. Dan semua tarekat itu adalah metode yang membantu seorang mukmin dalam menuju wushul (sampai) kepada Allah Swt.

Maka dari itu, kata Syekh Yusri, Allah Swt menggunakan kata jamak pada lafadz subulana yang artinya “jalan-jalan Kami”, dan tidak menggunakan kata mufrad (tunggal) yaitu sabil (satu jalan). Terkait hal ini, ulama tasawuf berkata,

عَدَدُ الطُّرُقٍ بِعَدَدِ أَنْفَاسِ الْخَلْقِ

Jumlah tarekat (jalan menuju Allah) sebanyak nafasnya makhluk.

#jihad #tarekat #metode


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi