Sina Logor Dina Liang Jarum, Ulah Sereg di Buana
Pandemi Covid-19 'memaksa' dunia usaha melakukan percepatan transformasi digital
Jakarta – Dulu, ekonomi Islam hanya terbatas pada instrumen keuangan yang ditawarkan bank syariah. Kini, ruang lingkupnya semakin luas. Mulai dari industri makanan halal, media, pariwisata, farmasi dan kosmetik dan keuangan sosial.
Pada rangkaian pembukaan Festival Ekonomi Syariah Indonesia (ISEF) ke-7, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mengatakan jumlah penduduk Muslim Indonesia yang besar adalah potensi yang harus dimaksimalkan. Ada 28.000 pesantren dengan santri lebih dari 2 juta orang. Terdapat 14 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, 163 BPR syariah, dan 4.500 lembaga keuangan mikro syariah.
Di sisi lain, jumlah ponsel mencapai 133 persen penduduk. Artinya, banyak orang yang memiliki lebih dari satu ponsel. Hal ini menjadi potensi besar bagi ekonomi dan keuangan Islam untuk didigitalisasi.
“Sisi permintaan yang sangat besar di berbagai sektor ekonomi dan keuangan syariah bila terintegrasi dengan sisi pasokan menggunakan teknologi digital akan menciptakan sumber pertumbuhan baru untuk Indonesia maju pada tahun 2045,” pungkas Sugeng.
Pandemi Covid-19 ‘memaksa’ dunia usaha melakukan percepatan transformasi digital. Semua sektor industri beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Kebiasaan baru seperti menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan mengubah perilaku usaha, tidak terkecuali di sektor ekonomi dan keuangan Islam.
“Sina logor dina liang jarum, ulah sereg di buana,” demikian pesan Mursyid TQN Pontren Suryalaya, Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin (qs). Di mana pun, kapan pun, dalam kondisi apa pun, ikhwan TQN harus merasa luas, lapang meskipun di lubang jarum.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______