Seorang Sufi Harus Pemberani
Banyak manusia tenggelam dalam kesibukan mengejar dunia, ia lupa pada Allah
“Tuhan pun aku panggil dengan namanya sendiri,” jawab Syu’aib. “Aku memanggilnya ‘Ya Allah’, ‘Ya Rahman’. Mengapa aku tidak boleh memanggilmu dengan namamu? Apa yang menghalangiku memanggil nama aslimu? Bukankah kau tahu Tuhan memanggil mahluk-Nya yang tercinta dengan nama yang sederhana ‘Muhammad’? Mengapa pula aku harus memanggilmu dengan gelar, sementara Tuhan memanggil mahluk-Nya yang sangat dicintai-Nya itu dengan nama biasa.”
“Apakah engkau suka aku panggil dengan gelar, seperti Tuhan memanggil mahluk yang dibencinya engan gelarnya, Abu Lahab!”
Mendengar itu semua, Khalifah Harun berkata, “Keluarkanlah orang ini!”
Hikmah
Sebagai seorang Sufi, Syaikh Syu’aib adalah seorang yang zuhud. Dalam ajaran tasawuf, zuhud adalah di antara sifat yang harus dimiliki seorang Muslim yang ingin mendekat kepada Allah. Zuhud adalah, seperti menurut Syaikh Abu Utsman, “meninggalkan dunia dan tidak memperdulikannya.”
Sementara menurut Syaikh Ibn al-Jala, zuhud itu “Memandang dunia dengan sebelah mata untuk kemudian mencampakkannya.
Dalam zuhud, dunia diperlakukan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidup. Bagi seorang zahid (pelaku zuhud), pakaian, harta, keluarga, jabatan dan berbagai elemen dunia lainnya hanyalah fasilitas untuk beribadah. Kerja lahir dan kondisi batin difokuskan pada ingatan dan pengabdian kepada Allah swt.
Maka, definisi zuhud yang lain dari Syaikh Abu Sulaiman ad-Darani adalah, “meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkan diri dari mengingat Allah.” Sebab, harta-benda, kekuasaan dan beragam elemen dunia lainnya bersifat melalaikan. Banyak manusia tenggelam dalam kesibukan mengejar dunia. Ia lupa pada Allah, dan akhirnya cenderung acuh dan ingkar pada aturan-aturan-Nya. Inilah akar kesesatan kebanyakan manusia dari jalan Allah.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______