Taqwa adalah kompetensi yang mengundang banyak kebaikan. Bahkan kebaikan yang langgeng ada di dalamnya.
Bahkan Al Qur’an menyebut orang yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa. Dengan kalimat lain, kemuliaan ada dalam ketaqwaan. Siapa yang ingin mulia, maka seyogyanya ia bertaqwa.
Taqwa adalah bekal terbaik yang mesti dipersiapkan seseorang, baik dalam menjalankan kehidupan dunia maupun akhirat.
Syekh Abdul Qadir Al Jilani dalam karyanya Al Mukhtashar fi Ulumiddin membagi taqwa menjadi dua. Yakni yang pokok dan yang cabang.
Yang pokok (Al Ashlu) ialah bertaqwa atau menghindari dari kekafiran. Adapun yang cabang (Al Far’u) ialah bertaqwa dari aneka dosa.
Dengan taqwa yang pokok seseorang selamat dari azab yang abadi. Dan dengan taqwa yang cabang seseorang selamat dari azab yang sementara atau temporer.
Ibnu Atha’ bin Abi Sa’d membagi taqwa menjadi di dua dimensi yakni secara zahir dan batin. Taqwa secara zahir ialah dengan menjaga ketentuan syariat (mematuhi ketentuan hukum). Sedangkan secara batin, taqwa itu ialah ikhlas dalam segala niat.
Baca juga: Khalwat Batin Menurut Syekh Abdul Qadir al Jilani
Sulthanul Awliya pengarang Al Fathur Rabbany wal Faidhur Rahmany mengatakan.
Ketahuilah meninggalkan maksiat itu lebih didahulukan ketimbang melakukan ketaatan.
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (Al-Ma’idah: 27).
Apa yang diungkap oleh Syekh Abdul Qadir Al Jilani juga selaras dengan Syeikhul Islam Abdullah bin Mubarak yang berkata bahwa mencegah kebangkrutan karena berbuat yang haram (maksiat) itu lebih utama daripada bersedekah dengan seratus ribu dirham.
Maka yang paling prioritas bagi setiap muslim ialah meninggalkan maksiat. Mengontrol diri dari perbuatan maksiat baik secara zahir maupun batin adalah bentuk ketaqwaan. Ketaqwaan dimulai dari meninggalkan maksiat, bukan dengan memperbanyak taat.
Maka penting di sini mengetahui apa saja larangan dalam agama. Apa saja yang termasuk dosa dan hal-hal yang harus dihindari oleh setiap orang beriman.
Maka sangat mudah dipahami mengapa Nabi bersabda, ciri baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan yang tidak berguna baginya. Dan yang paling tiada berguna ialah perbuatan maksiat yang dilarang-Nya.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______