Menentukan Jumlah Dzikir Tertentu Bukan Bid’ah Yang Dilarang Agama
Dzikir sebagai ibadah yang luas, dan tidak dibatasi oleh hitungan, tempat dan waktu
Sejatinya, jumlah atau hitungan dzikir tidak ditentukan oleh syariat. Kendati demikian ada kelompok yang mengatakan bahwa jumlah bilangan dzikir itu sudah ditentukan oleh syariat, sehingga tidak boleh ditambah.
Padahal di dalam al Qur’an, Allah Swt memerintahkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya.
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (dzikir) sebanyak-banyaknya, (Al-Ahzab: 41).
Syekh Yusri Jabr Al Hasani menyebut bahwa dzikir sebagai ibadah yang luas, dan tidak dibatasi oleh hitungan, tempat dan waktu.
Oleh karenanya, kelompok yang membatasi dzikir, sebut saja misalnya dzikir setelah shalat hanya masing-masing 33 pada setiap tasbih, tahmid, dan takbir. Justru bisa menjadikan umat Islam sedikit berdzikir.
Baca juga: Kenapa Dalam Tarekat Banyak Dzikirnya
Siapa yang bertasbih di setiap selesai shalat 33 kali, lalu bertahmid 33 kali, dilanjutkan dengan bertakbir 33 kali sehingga jumlahnya menjadi 99, kemudia dia menggenapkannya menjadi seratus dengan berucap laa ilaha illa Allah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni meski sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim).
Hadis tersebut tidak bisa dipahami sebagai batasan bagi jumlah dzikir dan pada waktu tertentu. Sehingga siapa yang berdzikir melebihi bilangan tersebut dan di waktu tersebut dianggap keliru. Tidak, sekali lagi, tidak lah demikian.
Pasalnya, ayat di atas menyangkut dzikir sebanyak-banyaknya adalah perintah mutlak tanpa membatasi bilangan di dalam berdzikir kepada-Nya. Tidak menyebutkan jumlah bilangan atau pun waktu serta keadaannya.
Baca juga: Dzikir Bisa Mengusir dan Menindas Setan
Memang ada dzikir yang bilangannya disebut oleh Rasulullah Saw. Tapi itu bukan berarti melarang untuk memperbanyak dzikir. Nabi Saw dalam hal ini hanya memberikan contoh saja dalam sebuah bilangan sehingga kita mampu untuk melanggengkannya. Beliau juga tidak pernah melarang untuk menambahnya.
Justru beliau menjelaskan keutamaan orang yang memperbanyak dzikir, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari Abi Sa’id al Khudri;
Nabi Saw ditanya, siapa hamba Allah yang paling utama derajatnya di sisi Allah pada hari kiamat? Nabi Saw menjawab: “mereka yang banyak berdzikir kepada Allah baik dari kaum lelaki maupun perempuan”. (HR. Tirmidzi).
Syekh Yusri menilai, bahwa menentukan bilangan sebuah dzikir bukanlah termasuk bid’ah yang dilarang oleh agama. Justru, menurutnya penentuan jumlah tertentu dalam dzikir bisa membantu kita istiqamah dalam menjalankannya. Sebagaimana yang dianjurkan oleh baginda Nabi Saw.
Amal yang paling dicintai Allah yaitu yang paling konsisten meskipun sedikit (HR. Muslim).
Kita tidak mampu konsisten dan istiqamah dalam berdzikir jika sebelumnya tidak mengetahui berapa bilangan dzikir yang dibaca. Jadi penetapan bilangan dalam berdzikir untuk membentuk konsistensi dalam melaksanakannya.
Baca juga: Mengapa Dzikir Jahr Membuat Bumi dan Langit Sampai Menangis
Atas dasar itu kemudian, para ulama tasawuf memberikan wirid dan dzikir kepada para muridnya dalam bilangan tertentu. Tujuannya agar para murid ini bisa istiqamah dalam menjalankannya dan tentu ada rahasia tertentu yang diketahui oleh ahli dzikir.
Misalnya dalam TQN Pontren Suryalaya setiap ba’da shalat fardhu dzikir jahri kalimat tauhid minimal 165 kali dengan kaifiatnya. Kemudian dzikir khafiy yang dilaksanakan tanpa terikat waktu dan tempat. Sebagaimana firman Allah Swt;
ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring (An-Nisa’: 103). []
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______