Imam Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad dalam kitabnya ad Da’wah at Taammah wa at Tadzkirah al ‘Ammah memetakan jenis ulama yang berada di tengah masyarakat.
Pertama ulama yang mengamalkan dan menyebarkan ilmunya.
Kelompok jenis pertama ini ialah orang alim yang terpuji, utama dan tinggi derajatnya di sisi Allah Swt, punya kedudukan yang mulia, serta beruntung di akhirat ialah orang alim yang mengamalkan ilmunya, yang menyebarkan ilmu, menghasilkan banyak karya. Dengan ilmunya dia menyeru dan mengajak hamba-hamba Allah karena mencari ridha Allah Swt serta mengharapkan pahala akhirat di sisi-Nya.
Kedua, ulama yang mengamalkan ilmunya tapi tidak menyebarkan ilmunya.
Golongan kedua ialah orang alim yang mengamalkan ilmunya akan tetapi tidak mau mengajar hamba-hamba Allah. Jika dia meninggalkan mengajar karena kikir dengan ilmu dan lebih senang menyimpan dan menyembunyikan ilmunya maka dia berdosa dan tercela di sisi Allah dan rasul-Nya.
Baca juga: Banyak Ulama Gugur Tertarik Jadi Ulama ini Keutamaannya
Akan tetapi, jika dia meninggalkan mengajar lantaran sibuk dengan (memperbaiki) dirinya dan menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan tugas-tugas keagamaan (beribadah) dan beramal untuk akhiratnya.
Sedangkan di saat yang sama, orang-orang pada saat itu tidak butuh kepada pengajarannya disebabkan ulama lainnya telah mengajarkan dan menyebarkan ilmunya, maka tidak apa-apa dia seperti itu. Ulama salaf dan khalaf juga ada yang seperti itu terutama dalam ilmu hukum, fatwa dan yang sejenisnya.
Ketiga, ulama yang tidak mengamalkan ilmunya namun tetap mengajar.
Kelompok ketiga ini ialah orang alim yang tidak bersungguh-sungguh dan menyiapkan diri untuk mengamalkan apa yang diketahuinya. Kendati demikian orang alim ini mengajar dan menyebarkan ilmnya kepada orang-orang.
Dengan kalimat lain, orang alim ini tidak mengamalkan ilmunya tetapi tetap mengajar. Adakalanya karena dia malas dan suka menunda, adakalanya merasa berat untuk mengamalkan, dan alasan-alasan lain karena terpikat nafsunya.
Dia merasa enteng mengajar karena dengannya bisa meraih ketenaran dan popularitas di tengah masyarakat serta punya kedudukan. Orang alim macam ini diibaratkan jarum jahit yang digunakan untuk membuat pakaian bagi manusia tetapi dia sendiri telanjang. Ia seperti lilin yang menerangi manusia tapi dirinya sendiri terbakar. Dia seumpama batu asahan yang mampu menajamkan alat-alat, tapi dia sendiri tidak mampu memotong.
Baca juga: Kepergian Ulama Adalah Hilangnya Ilmu Pengetahuan
Orang alim dalam keadaan ini masuk dalam kategori umum firman Allah Swt.
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Ash-Shaf: 2).
Juga firman Allah Swt:
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? (Al-Baqarah: 44).
Nabi Saw bersabda: seorang alim diperintahkan ke neraka, lalu ususnya tercerai berai, kemudia ia berkeliling dalam kondisi seperti itu di neraka sebagaimana keledai berputar di penggilingan. Penghuni neraka kemudian mengelilinginya lantas berkata: apa yang salah denganmu? Dia menjawab: dahulu aku memerintahkan berbuat baik namun aku tidak mengerjakannya. Aku melarang orang lain melakukan keburukan, tapi aku malah mengerjakannya.
Nabi Saw bersabda: pelajarilah ilmu sesuai kehendakmu, tapi sungguh Allah tidak menerimanya sampai kamu mengamalkannya.
Keempat, ulama yang tidak mengamalkan dan tidak pula mengajarkan ilmunya.
Orang alim macam ini adakalanya malas, merasa berat, atau sibuk dan tenggelam dengan urusan dunia. Ia bagaikan batu yang menghalangi di mulut sungai, tidak membiarkan air mengalir agar manusia bisa minum dan memanfaatkannya.
Baca juga: Tanpa Ulama Manusia Seperti Hewan Ternak
Semua ancaman yang datang mengenai orang yang tidak mengamalkan ilmunya mengarah padanya. Ditambah lagi ancaman bagi orang yang tidak mengajar dan menyembunyikan ilmunya.
Seperti firman Allah Swt:
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat, (Al-Baqarah:159).
Kelima, orang alim yang tidak mengamalkan ilmu dan tidak pula mengajarkannya, justru mengajak kepada keburukan dan kesesatan.
Inilah orang alim yang paling buruk keadaannya. Dia promosikan keburukan melalui ajang kebaikan, dia produksi kebatilan yang dihias dalam tampilan kebenaran.
Niatnya adakalanya untuk mengelabui dan menipu, memihak pada orang dzalim dan jahil untuk menjilat mereka demi kedudukan dan pangkat di sisi mereka. Atau demi memperoleh harta benda dan kesenangan duniawi yang ada dalam genggaman mereka. Bisa jadi juga karena membangkang kepada Allah dan rasul-Nya, membuat kedzaliman dan kerusakan di muka bumi.
Baca juga: 5 Ulama Besar Ini Tidak Bisa Baca dan Tulis
Mereka inilah khalifahnya setan dan pengganti dajjal yang pendusta dan terlaknat. Kelompok ini seburuk-buruknya kondisi ulama dan paling merugi kelak di akhirat.
Mereka juga memperoleh dosa dan dosa orang yang mereka sesatkan dan para pengikutnya. Sebagaimana Nabi Saw bersabda:
Siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapat dosa seperti dosa para pengikutnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______