Kiai Wahfiudin Ajak Ikhwan TQN Basmi Empat Kemiskinan

Ternyata, kemiskinan itu bukan cuma miskin harta. Demikian tulis KH. Wahfiudin Sakam. Ia menyebut ada kemiskinan yang lebih fundamental yaitu miskin wawasan, miskin motivasi, miskin daya belajar, dan miskin kejujuran.

Sebab, menurut Dewan Pakar LDTQN Pusat itu, kalau empat kemiskinan itu dapat teratasi, maka kemiskinan-kemiskinan lain dapat terbantu untuk diatasi.

Kemiskinan lain itu seperti miskin ilmu, informasi, dan keterampilan, miskin modal, miskin kelembagaan dan organisasi, miskin jejaring dan marketing, miskin sistem dan manajemen.

Dengan kalimat lain, orang yang punya wawasan dan daya belajar, serta memiliki motivasi dan amanah alias jujur dan dapat dipercaya, bisa mengatasi jenis kemiskinan lainnya.

Baca juga: Syekh Sirri Saqathi Sufi Pengusaha Yang Menyesali Ucapannya

Kita bisa berkata bahwa miskin ilmu, informasi dan keterampilan bisa teratasi kalau orangnya jujur, amanah, punya kemauan, motivasi dan daya belajar yang kuat.

Dengan bekal itu, dia akan terus mencari ilmu, menambah wawasan dan informasi serta mengasah keterampilan atau mempelajari keterampilan baru. Terlebih dengan terbukanya akses informasi yang lebih luas melalui internet.

Demikian juga dengan miskin modal, miskin kelembagaan dan organisasi, miskin jejaring dan marketing, serta miskin sistem dan manajemen, bisa lebih mudah teratasi jika empat kemiskinan fundamental di atas bisa teratasi.

“Semestinya, tarekat, khususnya TQN mampu menjebol empat kemiskinan fundamental itu, yakni; miskin wawasan, miskin motivasi, miskin daya belajar dan miskin kejujuran,” tegas Wakil Talqin Abah Anom tersebut.

Kiai Wahfi memandang bahwa kemiskinan fundamental tersebut bisa membahayakan, terlebih jika menimpa pengamal tarekat.

“Kalau pembimbing tarekat terjebak dalam empat kemiskinan fundamental tersebut, maka yang terjadi adalah para salik yang malas bekerja, atas nama sabar dan tawakkal. Khianat terhadap amanah, dengan dalih enggak tahu sih, ikhlaskan aja deh,” ujarnya.

Baca juga: Kiai Wahfi Program Kerja LDTQN Mesti Smart

Selain itu, tambah Kiai Wahfi, akan muncul juga salik yang pasif, yang tidak berani membuat keputusan, takut terhadap risiko. Dengan dalih misalnya menunggu isyarat guru, atau mengaku belum mendapat hidayah dan taufik.

Salik yang terjebak ini, juga tidak menyediakan waktu misalnya untuk belajar membaca dan mengkaji al Qur’an, bahasa Arab, atau keterampilan enjineering lainnya.

Tetapi anehnya, orang-orang ini selalu punya waktu untuk melakukan kegiatan yang kurang berfaedah, atau hal yang mubah tapi secara berlebihan sehingga kehilangan prioritas.

“Tapi selalu punya waktu untuk nongkrong menghabiskan waktu dengan merokok, ziarah yang penuh jalan-jalan dan candaan, sibuk ngobrol tentang karamah, kasyaf, maqam, muraqabah dan berbagai ilusi sufistik lain,” imbuhnya.

Pengamal TQN Suryalaya adalah murid-murid Abah Anom, tak boleh ada yang memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk yang melalaikan. Begitu pula dengan yang yang sudah dipanggil dengan sebutan ustadz atau ustadzah.

“Jangan terlalu cepat berpuas diri dipanggil dengan sebutan ustadz atau ustadzah, lalu sibuk menghias diri dengan pakaian kewalian dan serban-serban tebal, sementara ilmu agama dan ilmu umum, ibadah, serta akhlak lupa ditingkatkan,” pungkas Wakil Ketua MUI Pusat Komisi Pendidikan dan Kaderisasi tersebut.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi