Kekuatan Dzikir, Khataman dan Manaqiban

Dua belas tahun Rasulullah Saw menguatkan tauhid hanya dengan kalimat laa ilaaha illallah

“Dzikir pada mulanya, tertulis di tiang-tiang Arsy, laa ilaaha illallah, tidak ada makhluk yang dijadikan Allah Swt kecuali ruhnya itu berdzikir dengan laa ilaaha illallah,” demikian tutur Haji Ali bin Haji Mohamed, salah seorang wakil talqin Pangersa Abah Anom.

Haji Ali menilai bahwa apa yang diajarkan dan diisikan oleh Pangersa Abah Anom adalah suatu hal yang sangat besar dalam hidup ini. Nabi Saw bersabda;

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Talqinkanlah oleh kalian orang yang akan mati di antara kamu kalimat laa ilaaha illallah (HR. Muslim).

Ajarkanlah orang yang akan mati laa ilaaha illallah. Orang yang akan mati itu bukan berarti bahwa dia lima atau sepuluh menit lagi meninggal dunia. Mautakum di sini maknanya orang yang akan mati. Karena Allah Swt berfirman:

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۖ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. (Al-Ankabut: 57).

“Berarti kita semua senantiasa hampir kepada mati,” ucapnya.

Baca juga: H. Ali bin Haji Mohamed dan TQN Suryalaya di Singapura

Maka itu dzikir ini adalah pengamalan yang besar. Lalu apa besarnya dzikir laa ilaaha illallah yang ditalqinkan kepada kita?

Wakil Talqin asal Singapura itu menerangkan bahwa, pertama, laa ilaaha illallah adalah sesuatu yang akan dapat menguatkan diri kita sebagai seorang muslim.

Kedua, laa ilaaha illallah menghubungkan diri kita langsung dengan Allah.

Ketiga, laa ilaaha illallah memfana’kan diri kita dari pada dunia yang akan kita tinggalkan.

Keempat, laa ilaaha illallah yang menjamin diri kita untuk masuk surga.

Kelima, laa ilaaha illallah sebagai kekuatan umat Islam.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi