Bukan Pertama Kali Terjadi, RI Batalkan Keberangkatan Jemaah Haji
Penjajah Belanda yang membonceng Sekutu NICA pun waktu itu berusaha kembali ke Indonesia. Bangsa Indonesia menghadapi ini dengan perang fisik hingga diplomasi. Maka terjadi agresi militer Belanda I dan II.

Tokoh utama NU, yang juga Rais Am Masyumi waktu itu, KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa tidak wajib beribadah haji ketika negara dalam keadaan perang. Fatwa tersebut kemudian menjadi Maklumat Menteri Agama RI Nomor 4 tahun 1947, yang menyatakan ibadah haji dihentikan selama negara dalam keadaan genting.
KH Hasyim Asy’ari berpendapat bahwa ibadah haji pada tahun itu haram karena tidak memenuhi syarat rukunnya yaitu isthitha’ah (kemampuan) dari sisi keamanan mapun belum dimilikinya kapal pengangkut, sementara yang ada adalah milik Belanda.
Belanda marah dengan fatwa ini, mereka tetap ingin mengambil hati para tokoh ulama muslim Indonesia dengan menghadiahinya ibadah haji. Walhasil, ada saja jemaah yang berangkat lewat fasilitas belanda.
Tapi ketika itu, para mukimin Indonesia di Arab Saudi enggan melayani jemaah haji Indonesia yang pergi dengan fasilitas penjajah. Pelayanan ibadah haji oleh pemerintah RI baru resmi dibuka pada tahun 1949 setelah merdeka secara penuh.
Bagaimana dengan pahala hajinya?
Bagaimana dengan pahala seorang muslim yang gagal berangkat haji karena pandemi. Dalam Islam, ibadah diukur dari niatnya. Jika niat berangkat haji sudah tulus dan ikhlas, pembatalan keberangkatan karena satu dan lain hal, bahkan karena sakit atau kematian tentu saja tidak akan membatalkan pahala ibadah hajinya.
Terlebih, banyak riwayat yang menceritakan tentang orang yang memperoleh pahala haji meskipun ia belum sempat memijakkan kakinya di Tanah Suci.
Seperti kisah tetang seorang sufi bernama Abdullah bin Mubarak. Ketika ia melakukan perjalanan ibadah haji, ia kasihan melihat seorang perempuan dan anak-anaknya yang terpaksa memakan bangkai karena saking miskinnya.
Hati Abdullah bin Mubarak menangis, ia lantas menyedekahkan keledai tunggangannya beserta barang-barang bawaannya kepada keluarga malang itu. Perjalanan hajinya tertunda karena perbekalan haji habis. Ia pun pulang ke kampung halaman.
Sampai kampung halaman, alangkah terkejutny ia karena mendapat sambutan luar biasa dari orang-orang sekampung yang juga baru datang dari ibadah haji.
Abdullah bin Mubarak malu dan menceritakan bahwa ia gagal pergi haji. Tapi orang-orang yang berhaji itu mengaku bahwa ia ada di Mekah, bahkan membantu mereka membawakan bekal, memberi minum, atau membelikan sesuatu.
Pada malam harinya, Abdullah bin Mubarak bermimpi dan mendapat jawaban dari semua keanehan yang dialaminya. Dalam tidur, ia mendengar suara, “Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji.”
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______