Abah Sepuh dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Hubungan ini terus berlanjut hingga masa perang kemerdekaan dan bahkan banyak pimpinan TNI yang menjadi murid Beliau dan memimpin perang di wilayah Bandung Selatan mempertahankan kemerdekaan sesudah Republik Indonesia berdiri.

Hal ini membuktikan bahwa Abah Sepuh dari sejak awal sudah memperlihatkan kepedulian Beliau terhadap bangsa dan negaranya, tidak hanya melulu terhadap agama.

Sebagai contoh misalnya, pada saat Tentara Nasional Indonesia, khususnya dari Divisi Siliwangi yang ada di wilayah Jawa Barat diharuskan hijrah ke Yogya, Jawa Tengah, meninggalkan Jakarta dan Jawa Barat, di antaranya banyak yang melewati Pondok Pesantren Suryalaya dan menitipkan berbagai persenjataan yang tidak bisa dibawa hijrah, maka persenjataan tersebut disimpan dan dirawat oleh santri-santri atas perintah Abah Sepuh. Agar pada waktunya nanti dapat diambil kembali oleh pemiliknya, yaitu anggota TNI yang kembali dari hijrah ke Yogya.

Amanat Abah Sepuh untuk Keutuhan NKRI

Apa yang dilaksanakan oleh Abah Sepuh dalam mengabdi kepada agama dan negara, diajarkan pula kepada murid-murid Beliau, dan hal itu tercermin dari amanatnya kepada seluruh murid.

Baca juga: Riwayat Abah Sepuh dengan Murid-muridnya

Wasiat Beliau itu disebut “TANBIH” yang artinya amanat atau wasiat, dan ditujukan kepada seluruh murid Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya.

TANBIH ini disampaikan dalam Bahasa Sunda dengan susunan dan gaya bahasa yang indah, luhung serta sarat makna. Kalaulah Abah Sepuh ini sempat menerbitkan karya tulis, maka tentulah beliau akan menerima sebutan sebagai seorang pujangga.

Sebagian dari TANBIH ini kami kutip dalam Bahasa Sunda: Jeungna Sim Kuring nu jadi pananyaan Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, ngahaturkeun kagegelan wasiat ka sadaya murid-murid, poma sing hade-hade dina sagala laku lampah, ulah aya carekeun agama jeung nagara.