Syekh Ali Jum’ah dalam karyanya Al Bayanul Qawim Litashihi Ba’dhil Mafahim menulis bahwa tasawuf itu metode pendidikan rohani dan suluk yang meningkatkan seorang muslim pada martabat Ihsan. Adapun Ihsan itu seperti dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw ialah;
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu meihat-Nya, maka sungguh Dia melihatmu (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Maka tasawuf itu program pendidikan yang mementingkan atau fokus pada aspek penyucian diri (tathirun nafs) dari segala macam penyakit yang menghalangi (menjadi hijab) manusia dari Allah Azza wa Jalla.
Mufti Besar Mesir itu menyebut tasawuf berfungsi untuk meluruskan penyimpangan atau pun kerusakan jiwa dan memperbaiki tingkah laku (taqwimus suluki), baik yang berkaitan dengan koneksi (hubungan) dengan Allah, dengan pihak lain maupun dengan diri sendiri.
Ulama Besar Al Azhar tersebut menjelaskan bahwa tarekat sufi itu merupakan madrasah yang menyempurnakan penyucian diri (tathirun nafsi) dan pembenahan tingkah laku (taqwimus suluki) tersebut. Dan seorang Syekh ialah pelaksana atau guru yang bertanggung jawab melakukan proses tersebut bersama dengan murid tarekat.
Manusia secara tabiat, terhimpun di dalamnya aneka penyakit. Seperti sombong, ujub (besar kepala) ghurur (congkak dan arogan), ananiyah (egoisme), bukhl (kikir), ghadab (naik pitam), riya’, senang maksiat dan berbuat salah, dendam, benci, sakit hati, khida’ (licik), tamak (serakah) serta rakus.
Baca juga: 4 Esensi Tasawuf Yang Perlu Kamu Ketahui
Ini digambarkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam surah Yusuf:
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Yusuf: 53).
Oleh karena itu, kaum salaf terdahulu memandang perlunya pendidikan jiwa (tarbiyun nafs) yang menyelamatkannya dari aneka penyakit agar bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat dan berhasil (sukses) dalam perjalanan menuju Rabb-nya.
Tarekat Sufi
Adapun tarekat sufi, menurut Guru Besar Ushul Fiqh tersebut seyogyanya ditandai dengan beberapa hal di antaranya;
Pertama, berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah.
“Kalau begitu, sungguh tarekat sufi itu manhajnya Al Qur’an dan Sunnah. Maka setiap yang bertentangan, melanggar atau berselisih dengan Al Qur’an dan Sunnah maka dia bukan bagian dari tarekat sufi. Bahkan tarekat menentang dan melarang yang demikian itu,” tulis beliau.
Yang kedua, bukanlah termasuk tarekat jika ajaran-ajarannya terpisah dari pengajaran syariat. Bahkan tarekat ialah esensinya.
Baca juga: Pangkal dan Cita-cita Tasawuf Menurut Abah Anom
Anggota Majma’ Buhuts Al Islamiyyah itu menerangkan bahwa tasawuf memiliki tiga manifestasi utama yang keseluruhannya itu dianjurkan Al Qur’an Al Karim, yakni;
Pertama: memperhatikan jiwa, controlling dan pengawasan (muraqabah) serta membersihkan yang kotor dan jelek.
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya,
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).
Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (Ash-Shams, 7-10).
Kedua, banyak berdzikir kepada Allah (dzikrullah) Azza wa Jalla.
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, (Al-Ahzab: 41).
Hendaklah lisanmu selalu basah dengan zikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim).
Ketiga, zuhud di dunia, tidak bergantung kepadanya serta cenderung pada akhirat.
Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti (Al-An’am: 32).
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______