Tarekat Chistiyyah
Tarekat ini juga menggunakan teknik khusus yang disebut pan-i anfas (pengendalian nafas)
Sebagaimana tarekat lainnya, Chistiyyah juga mengajarkan wirid dan zikir tertentu. Tarekat ini juga menggunakan teknik khusus yang disebut pan-i anfas (pengendalian nafas) dengan pola duduk mirip postur Yogi. Menurut tradisi Chistiyyah, setiap nafas memiliki hubungan tertentu dengan maqam-maqam ruhani. Seorang sufi sejati di tarekat ini sanggup membaca dzikir tertentu dengan hanya satu nafas. Bagi yang sudah memiliki maqam tinggi, kemampuan mereka menahan nafas sangat luar biasa. Konon beberapa mursyid Chistiyyah mampu membaca kalimat tahlil 101 kali dalam satu nafas saja.
Tarekat Chistiyyah berakar pada tradisi Sunni dan menganut mazhab Hanafi. Pengaruh ajaran wahdat al-wujud Ibn Arabi baru masuk ke tarekat ini setelah era Khawajah Muinuddin al-Hasan. Para mursyid Chistiyyah banyak yang berjuang keras untuk berdakwah di dunia yang didominasi oleh ajaran Hindu, bahkan salah satu mursyidnya, Khawajah Bandah Nawaz Gisu daraz mempelajari bahasa Sanskrit agar mampu melakukan debat dengan para Brahmana.
Peran politik sufi-sufi Chistiyyah juga tak bisa diremehkan. Para penguasa Mughal, mulai dari Sutan Akbar, bahkan sampai abad 18 M, dipengaruhi oleh para sufi Chistiyyah. Sebagian karena para sufi inilah, maka kolonialisme dan modernisme,westernisasi, dan bahkan salafi-wahhabi tidak mampu meredam perkembangan Tasawuf di India dan sekitarnya. []
(Sumber: Dari Berbagai Sumber)
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______