Tanbih Akhiri Diskriminasi Terhadap Perempuan

Tanbih mengajarkan kesetaraan. Manusia baik laki-laki maupun perempuan ditempatkan sebagai subyek primer. Tidak ada kesan laki-laki adalah subyek dan perempuan adalah objek. Karena jika ditelaah, dalam Tanbih tidak ditemukan bahwa posisi perempuan lebih rendah dari laki-laki (inferior).

Ini artinya, perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki di dalam Tanbih tidak menentukan kemuliaan seseorang. Yang paling mulia ialah yang paling bertaqwa.

إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ

Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Al-Hujurat: 13).

Tanbih meningkatkan kesadaran manusia menjadi lebih baik. Laki-laki bukan subyek primer dan perempuan subyek sekunder, keduanya sama-sama subyek primer atau subyek penuh.

Baca juga: Tanbih dan Spirit Surah al Maun

Di masa Jahiliah, atau dalam budaya patriarki, laki-laki adalah subyek, sementara perempuan adalah obyek. Perempuan adalah milik laki-laki, hambanya laki-laki. Laki-laki primer, perempuan sekunder.

Laki-laki ditempatkan lebih bernilai ketimbang perempuan. Bahkan sebagian masyarakat di berbagai daerah masih mewarisi budaya patriarki dari masa lalu.

Di masa lalu -yang dampaknya sedikit banyak masih terasa hingga kini- perempuan adalah aset yang bisa diperjualbelikan bahkan dijadikan sebagai budak. Hak-hak perempuan dikebiri. Eksploitasi terhadap perempuan masif dilakukan. Islam kemudian datang dan menyelamatkan harkat dan martabat perempuan.

Begitulah semangat Tanbih, sejak awal menekankan bahwa laki-laki dan perempuan setara. Masing-masing adalah pemimpin sesuai peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Laki-laki dan perempuan punya kesempatan yang sama untuk dekat dengan-Nya.

Abah Sepuh menyeru terhadap muridnya yang laki-laki dan perempuan untuk selalu berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan agama maupun negara. Karena dengan sadar Abah Sepuh menempatkan kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan.

Dengan kalimat lain, Tanbih memiliki spirit relasi gender yang adil sebagaimana dikehendaki oleh ajaran Nabi Muhammad Saw. Tanbih juga punya semangat untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan. Dengan pesan-pesannya, Tanbih berupaya untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.

Baca juga: Kiat Mewujudkan Keluarga Sakinah di Tengah Pandemi

Tidak ada pandangan superioritas laki-laki atas perempuan dalam Tanbih. Perempuan tidak dinomorduakan. Relasi antara keduanya tidak didasarkan pada perbedaan biologis yang merendahkan satu sama lain. Tapi oleh sikap penuh kesadaran, kehati-hatian, saling menghargai tidak timbul kekecewaan.

Pendidikan ruhani melalui TQN Suryalaya dirancang untuk menjadi manusia yang lebih baik kemudian membentuk masyarakat yang lebih baik.

Ketika Abah Sepuh membagi aneka sikap damai aktif sesuai dengan kondisi sosial dan potensinya sebetulnya ada kesadaran tingkat tinggi yang hendak ditanamkan kepada murid-muridnya. Bahwa manusia itu setara.

Yang paling mulia ialah yang paling bertaqwa, dan ketaqwaan itu ditunjukkan dengan sikap saling menghargai dan menghormati sesama bukan saling merendahkan ataupun menyakiti. Bahkan Tanbih mengembangkan sikap saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa demi membangun peradaban.

Tanbih mengajarkan manusia baik laki-laki maupun perempuan untuk merdeka dari dijajah oleh hawa nafsu dan selamat dari tipu daya setan.

Sekali lagi, Tanbih adalah wasiat dari guru agung, bahwa setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah pemimpin yang masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi