Para Muballigh TQN Harus Bisa Self-Denial Sebagaimana Para Sufi

Itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Hawa nafsu harus disangkal, ditolak untuk diperturutkan

Terjadilah kebanggan atas diri sendiri (‘ujūb), menganggap diri sendiri sebagai hal yang paling hebat (‘ajīb), sehingga seseorang terkagum-kagum terhadap dirinya sendiri (ta’jūb), dan menganggap semua yang ada pada dirinya adalah kehebatan-kehebatan yang istimewa (‘ajāib).

Itu tidak boleh dibiarkan terjadi. Hawa nafsu harus disangkal, ditolak untuk diperturutkan. Menolak diri sendiri sebagai ilāh disebut self-denial.

Ketika melihat durian dan muncul selera kuat untuk memakannya, ia langsung mengafirmasi dirinya, “Tidak! jangan ikuti dirimu,” lalu ia beralih kepada hal lain yang tak terlalu menarik baginya. Itulah self-denial.

Ketika seorang pecandu rokok berkata kepada dirinya, “No, rokok tak boleh menjadi ilāh bagiku,” itulah self-denial.

Baca juga: Kiai Wahfiudin Ajak Ikhwan TQN Basmi Empat Kemiskinan

Ketika seseorang sedang bersandar, asyik dengan chating-nya lalu mendengar suara azan ia langsung bangkit bersiap diri untuk shalat, itulah self-denial.

Self denial selalu dilatihkan oleh para sufi, menjadi riyadhah harian bagi dirinya. Ini berat? Memang. Memerlukan kesadaran diri (self awareness) yang terus menerus, kewaspadaan diri (self alertness) yang kuat, serta pengendalian diri (self control) yang terlatih.

Menjadi terlatih karena dibentuk dengan dzikir jahr yang kuat, berpuasa yang intensif, menghapal dan menyibukkan diri dengan membaca al-Qur’an, berpakaian sederhana, serta menjauhkan diri dari kenikmatan-kenikmatan hidup.

[] .لا حول ولاقوة الابالله العلي العظيم

Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi