Dalam menjalankan bisnis apa pun, kerja sama tim adalah yang utama. Produk yang bagus, penjualan yang sukses, serta usaha yang maju tidak mungkin dapat tercapai tanpa tim yang baik atau biasa disebut dengan superteam.
Siapa yang disebut tim? Tim adalah orang-orang yang bekerja bersama kita (internal), maupun stakeholder yang berada di luar (eksternal) seperti suplier, rekanan, bahkan kurir.
Lantas, bagaimana cara membangun sebuah superteam?
Praktisi product development dan manufacturing, Dani Argha, dalam sesi Coaching Clinic TQN Preneur yang diadakan secara webinar, Jumat 19/6/2020, menekankan pentingnya dua hal:
Pertama, sebuah tim harus memiliki tujuan atau objektif yang, minimal senada, lebih bagus kalau sama.
Kedua, masing-masing anggota tim memiliki kesadaran bahwa setiap yang dilakukan mereka memiliki dampak terhadap yang lain, baik terhadap individu mapun perusahaan.
Dua hal itulah, menurut Dani, yang membuat sebuah tim bisa menjadi solid dan kuat.
Di luar dua hal itu, sebuah tim harus memiliki budaya. “Sebelum berinteraksi dengan tim kita harus ciptakan budaya,” kata Dani.
Budaya dalam sebuah tim bisa dibentuk, misalnya mau budaya santai, atau yang serius. “Kalau saya memilih yang serius tapi santai,” papar Dani.
Proses membentuk budaya dalam tim
Dalam menciptakan suatu budaya tertentu, sebuah tim harus berproses. Mulai dari ide atau gagasan besar, kemudian berlanjut ke niat, lalu seterusnya tindakan.
“Harus ada tindakan, karena dari tindakan itulah lalu menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi karakter masing-masing tim yang mewujud sebagai budaya tim,” jelas Deni.
Salah satu contoh karakter itu misalnya selalu menjaga kualitas produk, menjaga keselamatan pekerja baik internal maupun eksternal, dan sebagainya. Itulah dijalankan setiap hari dan menjadi budaya.
Tapi, semua proses itu akan sulit diwujudkan tanpa adanya komitmen. “Jadi, kata kuncinya adalah komitmen dari setiap anggota tim. Bagaimana membangun komitmen? Kembali pada dua hal tadi, kesamaan objektivitas serta kesadaran akan dampak yang ditimbulkan,” tambah Dani.
Nah, menurutnya, ada hal-hal yang bisa mengacaukan komitmen dalam suatu tim, salah satu di antaranya adalah munculnya saling ketidakpercayaan.
Oleh karena itu, beberapa poin ini penting untuk membangun kepercayaan tim:
Pertama, Champion the Team
Mensponsori tim tidak saja dalam bentuk bonus atau hadiah, bisa juga berupa training, upgrading dan lain sebagainya.
Kedua, Communication Tools
Perangkat komunikasi ini penting, terlebih di saat wabah Covid-19 ini. Dari pengalaman, komunikasi di masa pandemi ini terkadang belum efektif karena masih melakukan penyesuaian.
Ketiga, Interpersonal Connectivity
Terkadang kita lupa bahwa teman kerja kita itu adalah bagian dari keluarga kita juga. Jadi, pendekatan personal itu penting dilakukan untuk soliditas sebuah tim.
Keempat, Work Life Harmony
Harmoni antara kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi atau keluarga juga menjadi faktor produktivitas sebuah tim.
“Kalau mencapai seimbang atau balance mungkin agak sulit, yang penting terjadi harmoni antara pekerjaan dan kehidupan kita sebagai individu,” jelas Dani.
Dalam situasi pandemi Covid-19 sekarang ini, yang harus selalu diingatkan di dalam tim adalah agar selalu bersyukur dan merasa bahagia. Karena bahagia itu diciptakan dari rasa syukur.
“Kita harus bisa melihat sisi positif dari situasi ini,sehingga menggunakan kesempatan ini untuk melakukan hal-hal positif dan produktif bagi kebaikan tim dan usaha kita,” terangnya.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______