Kiai Arief Ichwani Bicara Taqwa, Mahabbah dan Visioner

KH. Arief Ichwani dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa bekal terbaik adalah taqwa. Sebagaimana Allah Swt berfirman;

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat! (Al-Baqarah: 197).

Perintah untuk berbekal berlaku pula untuk ulul albab. “Orang-orang yang memiliki akal budi, seorang pakar ahli ilmu pengetahuan dan hatinya dekat taqarrub dan mahabbah kepada Allah Swt,” ujar Wakil Talqin Abah Anom asal Bandung tersebut.

Kiai Arief menjelaskan bahwa orang yang memiliki mahabbah kepada Allah mengikuti keteladanan Rasulullah Saw, sebagaimana firman-Nya;

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ali ‘Imran: 31).

Baca juga: Abah Anom Kita Harus Bekerja Keras Mendapatkan Harta

Dalam konteks bekerja, orang yang mencintai Allah akan berkhidmah sebagaimana Rasulullah Saw bekerja. “Ikutilah cara nabi berkhidmah kepada Allah Swt pasti akan berhasil,” imbuhnya.

Dalam konteks bekerja, Kiai Arief Ichwanie mengingatkan, paling tidak ada enam hal yang menjadi indikator orang yang memiliki mahabbah.

Pertama, harus selalu mengingat profesi yang kita cintai. Karena sebagaimana pepatah mengatakan “siapa yang mencintai sesuatu maka dia akan banyak mengingatnya”.

Orang yang mencintai pekerjaannya akan sering mengingat pekerjaan atau profesinya. Memikirkan apa yang bisa membuatnya maju dan berkembang, melakukan evaluasi dan merencanakan yang terbaik.

Kedua, selalu ingin bertemu dengan yang dicintai. Orang yang mahabbah terhadap pekerjaannya sebagai ladang berkhidmah pada Allah. Tidak jemu dan bosan dengan yang dikerjakannya.

“Karena cinta inilah pekerjaan seberat apapun jadi ringan dan indah. Bukan karena pekerjaan indah kita jadi cinta,” jelas Kiai Arief.

Baca juga: Menanamkan Spirit Itqan dan Ihsan dalam Bekerja

Ketiga, selalu ingin bersama yang dicintai. Selalu berkhidmah, memberikan yang terbaik dalam bekerja, memberikan yang optimal untuk profesi dan tempatnya bekerja.

Keempat, selalu menyukai segala sesuatu oleh yang dicintai. Kiai Arief mencontohkan, jika perusahaan menyukai kemajuan, maka yang bekerja di dalamnya juga demikian. Bukan sebaliknya apalagi menghujat perusahaan tersebut.

Kelima, mendahulukan kepentingan yang dicintai dan rela berkorban. Jadi orang yang mencintai tidak memposisikan diri sebagai korban. Tapi berkorban demi kemajuan yang dicintai.

Baca juga: Bukan Fatalis Islam Dorong Umatnya Bekerja dan Berkarya

Keenam, sanggup menghambakan diri. Menghambakan diri di sini dalam konteks mau berkhidmah secara optimal. Sebagaimana disebutkan;

من أحب شيئا فهو عبده

Siapa yang mencintai sesuatu, maka dia akan menjadi hambanya.

Yang kedua dibahas oleh Dosen UIN Bandung tersebut ialah surah Al Hasyr: 18.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr: 18).

Ayat tersebut dalam konteks bekerja ialah perintah untuk memiliki personality yang visioner. Visioner artinya punya jangkauan pandangan terhadap masa depan.

Nabi Saw memiliki sifat fathanah dalam menjalankan tugas kenabiannya. Para wali atau kaum sufi juga melihat dengan bashirah, artinya bukan melihat hanya dengan mata kepala.

“Orang yang tanpa visi hanya mengerjakan apa yang ada, tidak akan maju dan berkembang,” katanya.

Baca juga: Kunci Utama Visionary Leadership

Kita juga perlu memiliki prediksi terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Memiliki perhitungan dan analisis, untuk mewujudkan yang diharapkan pada waktu tertentu.

Selain karena memiliki perhitungan, seseorang juga bisa memiliki intuisi ataupun dianugerahi Allah ilmu laduni untuk menjadi visioner. Ilmu laduni bisa terjadi karena mengamalkan ilmu.

من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم

Siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang tidak ia ketahui.

Kiai Arief menekankan bahwa bekerja adalah perintah agama sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt.

ٱعۡمَلُوٓاْ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكۡرٗاۚ وَقَلِيلٞ مِّنۡ عِبَادِيَ ٱلشَّكُورُ

Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (Saba’: 13).

“Kalau tidak bekerja dengan keras, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah, wa qalilun min ibadiyas syakur (Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur),” pungkasnya.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi