Istiqamah, Jalan Sunyi Menuju Cinta Ilahi
Istiqamah bukan soal kuatnya tekad, tapi setia kembali meski pernah pergi
“Kenapa sulit istiqamah?” Pertanyaan ini menghentak banyak hati yang sedang meniti jalan dzikir. Di awal, semangat membara. Rasa rindu kepada Allah seperti ombak besar yang menghempas. Tapi hari berganti, dunia datang mengetuk. Dzikir mulai terabaikan. Hati kembali kosong.
Ya, istiqamah itu bukan perkara ringan. Bukan soal kuatnya tekad, tapi lembutnya sandaran. Bukan karena kita hebat, tapi karena Allah yang menggenggam hati kita dengan penuh kasih.
Istiqamah adalah seni jatuh dan kembali. Seni bangkit, meski sempat lelah. Seni berkata “Ya Allah, aku datang lagi,” walau sebelumnya sempat pergi.
Dalam dunia tasawuf, para ulama menyampaikan pesan agung, “Al-istiqomatu khairun min alfi karomah” – Istiqamah itu lebih utama dari seribu karamah.
Sebab apa arti keajaiban atau pengalaman ruhani tinggi, jika tidak disertai keteguhan hati dalam menjalani jalan Allah?
Kisah Sunan Kalijaga dan Makna Istiqamah
Dikisahkan, ketika Raden Said (yang kelak dikenal sebagai Sunan Kalijaga) berguru kepada Sunan Bonang, ia mendapat perintah yang tampaknya sepele: “Jagalah kali (sungai) ini.” Tanpa protes, tanpa bertanya, Raden Said pun duduk menjaga sungai — hari demi hari, bahkan bertahun-tahun. Ia tak tahu kapan tugasnya berakhir. Tapi ia taat, ia sabar, ia istiqamah.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______

