Menjadi seorang sarjana adalah cita-cita luhur, tapi sekadar menjadi sarjana, mungkin tidak ada sulitnya di zaman sekarang. Kampus dan perguruan tinggi bertebaran di mana-mana. Tapi apakah kuliah hanya untuk mengejar gelar sarjana?
Di Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Suryalaya, kuliah bukan sekadar untuk mengejar gelar, tapi juga untuk meninggikan derajat kemanusiaan. Menjadi sarjana yang tinggi derajat ilmunya, juga akhlaknya.
Bagi IAILM Suryalaya, adalah penting bahwa ilmu yang didapat para sarjana nantinya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk masyarakat luas. Itu sebabnya, kampus ini menetapkan tujuan ‘mencetak sarjana sufi’ dalam arti yang sangat luas.
IAILM membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa baru. Pendaftaran Gelombang I berlangsung mulai 1 Februari – 6 April 2021, Gelombang II mulai 7 April – 16 Juni 2021, dan Gelombang III mulai 17 Juni – 12 Agustus 2021.
Beasiswa
Bagi calon mahasiswa berprestasi, IAILM juga menawarkan beasiswa. Yakni beasiswa KIP; bebas uang pendaftaran bagi siswa berprestasi (ranking 10 besar); bebas uang pendaftaran dan SPP 50% bagi pendaftar hafiz Al Quran minimal 10 juz; potongan biaya SPP 50% bagi lulusan SLTA di lingkungan Yayasan Serba Bakti (YSB) Suryalaya; dan potongan biaya SPP 50% untuk calon mahasiswa utusan lembaga-lembaga Suryalaya di daerah.
Cita-cita Abah Sepuh
Berdirinya IAILM Suryalaya tidak terlepas dari cita-cita Syaikh KH. Abdullah Mubarok bin Noor Muhammad r.a. atau Abah Sepuh, pendiri pertama Pondok Pesantren Suryalaya pada tahun 1905.
Namun cita-cita tersebut baru diwujudkan oleh putra beliau, KH. Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin r.a. atau Abah Anom sebagai pemegang amanah berikutnya.
Kelahiran IAILM didasari cita-cita luhur, yakni ikut serta dalam mencerdaskan bangsa, meningkatkan kualitas kepribadian dan memperluas cakrawala pengetahuan umat Islam.
Cikal bakal kampus berawal pada tahun 1967 dengan berdirinya Perguruan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) yang dipimpin oleh Letjen TNI Sarbini. Saat itu, kampus sudah mampu mendidik 300 mahasiswa yang terdiri dari guru-guru SD, SLTP, dan SLTA serta pegawai pemerintah daerah sekitar kabupaten Ciamis dan kabupaten Tasikmalaya.
Pada tahun 1970, PTDI Suryalaya beralih ke kota Tasikmalaya dan mulai mengadakan kuliah rutin non gelar, dua kali seminggu. Para pengajarnya didatangkan dari IKIP Bandung.
Pada tahun 1973 Prof. Dr. Abu Bakar Atjeh memunculkan gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi yang lebih terpadu. Maka, tahun 1975 disiapkanlah lahan untuk kampus perguruan tinggi seluas tiga hektare.
Di atas lahan itulah, didirikan kampus di bawah pimpinan Jenderal TNI (Purn) Yoga Sugama.
Pada awal tahun 1980-an, atas bantuan salah seorang ikhwan TQN berdirilah bangunan permanen, dan pada tahun 1985 bertambah lagi 4 lokal.
Setelah itu, diketuai Mayjen (Purn) H. Oepa S. Adimadja dan kerja keras civitas akademika dan para pendiri lembaga, terwujudlah sebuah Perguruan Tinggi dengan nama “Latifah Mubarokiyah”, yang diresmikan pada tanggal 2 Muharram 1408 H, bertepatan dengan hari jadi PP. Suryalaya ke- 81.
Nama “Latifah Mubarokiyah” sendiri didasarkan atas dua alasan. Pertama, Latifah adalah istilah yang digunakan di kalangan Ilmu Tasawuf. Para sufi menggambarkan bahwa Latifah adalah bagian halus manusia yang perlu diisi dengan kalimat tauhid yang akan memancarkan ‘al-akhlak al-karimah’, agar tercapai manusia yang berbudi luhur dan sempurna atau ‘al-insan al-kamil’.
Kedua, Mubarokiyah diambil dari nama pendiri Pondok Pesantren, Suryalaya, yaitu Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad r.a., nama ini dipakai untuk menghormati jasa-jasa beliau serta mencontoh keteladanannya.
Tahun pertama, baru dibuka dua Fakultas, Tarbiyah dan Syariah. Dua tahun kemudian menyusul Fakultas Ushuluddin sehingga Perguruan Tinggi pun beralih nama menjadi Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah.
Saat ini, IAILM menyelenggarakan tiga fakultas: Dakwah, Tarbiyah, dan Syariah, ditambah Pascasarjana.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______