Etos Kerja dan Belajar Hasilkan Generasi Pembelajar

Kualitas kerja seseorang tercermin dalam etos kerjanya. Etos berarti kehendak atau kemauan, disertai semangat mencapai cita-cita yang positif. Etos sangat dekat dengan akhlak dan nilai-nilai moral.

Dalam Islam, etos kerja bukan sekedar profesionalisme. Lebih dari itu, sebagai manifestasi amal shaleh. Firman-Nya dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56,”Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.

Dalam dunia pendidikan, etos guru adalah, bagaimana menyampaikan pembelajaran dan keteladanan yang baik. Keteladanan memiliki dampak yang besar di dunia pendidikan. Murid tidak hanya mendengar apa yang disampaikan guru, melainkan juga memperhatikan perilakunya.

Kemajuan informasi dan teknologi yang cepat, menuntut guru memiliki kreativitas dan inovasi yang baik. Sumber belajar tidak hanya datang dari seorang guru. Banyak media lain, seperti perpustakaan digital, diskusi grup, internet. Teknik fasilitasi, menumbuh-kembangkan potensi murid penting dimiliki seorang guru.

Menjadi guru adalah sebuah pengabdian dalam rangka meningkatkan kualitas dan kompetensi siswa. Dalam pengabdian akhirnya menerima gaji bulanan, itu adalah bonus.

Sementara etos bagi murid adalah terbuka dan mau belajar. Pembelajaran dapat diterima maksimal jika murid membuka dirinya. Kosongkan dulu gelas keilmuan di dalam diri agar yang disampaikan guru bisa masuk.

Salah satu kunci kesuksesan murid adalah kedisiplinan. Tidak sedikit orang yang gagal dalam menjaga kedisiplinan dalam belajar. Kedisiplinan membentuk budaya baru, menular ke orang lain dan akhirnya menjadi identitas kelompok.

Komitmen guru dan murid mempertahankan etos kerja dan etos belajar menghasilkan generasi pembelajar. Murid memiliki kemampuan belajar atau learning ability yang tinggi.

Sedari kecil murid terbiasa melakukan proses analisis ilmiah dan memiliki sistematika berpikir yang terstruktur. Sementara guru menjadi agen perubahan atau change agent.