Salah satu karakteristik ajaran Islam adalah insaniyah. Artinya ajaran serta tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia. Dan bukan hanya itu, Islam juga memberi petunjuk agar manusia berfungsi sesuai dengan peran dan potensinya.
Manusia bisa dibilang makhluk yang holistik. Ia disebut dengan makhluk ruhani sekaligus makhluk jasmani. Sehingga setiap aspek ajaran Islam mengarahkan manusia baik secara ruhani dan jasmani.
Manusia juga biasa dikatakan sebagai makhluk sosial. Maka ajaran Islam mencakup tuntunan agar ia hidup damai dan harmonis secara sosial.
Manusia di lain sisi juga disebut sebagai makhluk ekonomi, maka Islam hadir mengatur manusia dengan prinsip-prinsip ekonominya yang adil dan manusiawi.
Manusia sering juga dikatakan sebagai makhluk politik, yang dalam istilah Aristoteles disebut dengan Zoon Politicon. Itu sebabnya sejak awal sebelum penciptaannya, manusia akan difungsikan sebagai khalifah di muka bumi. Yang bertugas memakmurkan bumi serta membangun peradaban. Islam mengatur etika dan moral manusia dalam mencapai tujuannya itu.
Demikian juga, manusia adalah makhluk budaya. Sehingga Islam datang bukan untuk sekadar menolak budaya yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaannya, tapi juga mengakomodir budaya yang dihasilkan manusia tetapi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Serta meluruskan budaya yang keliru, yang berdampak buruk, yang mengarahkan pada selera rendah, serta mengurangi nilai dan jati diri manusia itu sendiri.
Puasa dan Tujuannya Bagi Manusia
Puasa yang diwajibkan secara rutin setiap tahun di bulan Ramadhan juga bertujuan untuk manusia. Sebagaimana disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 183.
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Tattaqun ialah kata kerja dalam bentuk fi’il mudhari’ yang menandakan aktivitas terus menerus dan berkesinambungan. Dengan kalimat lain, taqwa adalah kompetensi yang menjadi tujuan berpusa. Dan kompetensi ini memang diperlukan manusia kini dan di masa mendatang yakni pasca Ramadhan.
Ketika manusia memiliki kompetensi taqwa ini maka ia mampu membedakan yang hak dan yang batil dalam kehidupan. Bisa memilih langkah yang prioritas yang menyelamatkannya dari aneka siksa baik di dunia maupun akhirat.
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqān (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar. (Al-Anfal: 29).
Al Alusy mengatakan bahwa Furqan ini adalah petunjuk dan cahaya di dalam qalbumu yang dengannya kamu bisa membedakan yang hak dan yang batil.
Pertarungan antara yang hak dan batil adalah pertarungan abadi yang dihadapi manusia sepanjang hidup, oleh sebab itu puasa memfasilitasi manusia agar memperoleh kompetensi tersebut.
Lalu tujuan yang kedua dari puasa ialah bersyukur.
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (Al-Baqarah: 185).
Maka ketika kita mampu melaksankan apa yang menjadi kewajiban serta menjauhi larangan-Nya sudah sepatutnya selalu bersyukur pada Allah Swt atas nikmat Allah berupa hidayah dan taufiq-Nya serta kemudahan di saat menemui kesulitan.
Kompetensi bersyukur sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan. Karena tanpanya, hidup akan demikian sempit, kering kerontang dan tertutup dari cahaya ilahi lantaran kufur akan nikmat dari-Nya.
Bersyukur bukan hanya di lisan, tapi berarti meyakini dalam qalbu bahwa segala kebaikan dan kenikmatan datang dari-Nya, selalu memuji-Nya sehingga tak pantas kita mencari pujian, serta mendayagunakan aneka nikmat itu sesuai tujuan penciptaannya. Sehingga yang kita lakukan ialah bentuk kesyukuran atas anugerah-Nya.
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______