Abah Anom: TQN Salah Satu Metode Capai Tujuan Tasawuf

TQN yang diajarkan dan dikembangkan oleh Abah Anom adalah TQN sebagaimana yang diajarkan dan dikembangkan oleh pendahulunya yaitu Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh), demikian papar Dr. Muhamad Kodir, M.Si. saat menjadi narasumber dalam webinar tasawuf Ramadhan beberapa waktu lalu.

Ketua Umum LDTQN Pontren Suryalaya itu menjelaskan bagaimana pandangan Abah Anom terhadap tasawuf dan Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah.

Jika kini terlihat perkembangannya dengan berbagai kelembagaan yang melengkapi Pesantren Suryalaya, hanyalah merupakan perpanjangan tangan dari inti ajaran TQN itu sendiri yang dituntut oleh perkembangan zaman dan keinginan masyarakat.

Baca juga: Amalan Pelembut Qalbu

Adapun inti ajaran TQN ditulis oleh Abah Anom dalam sebuah buku berbahasa Arab yang diberi judul Miftah al-Shudur, yang kemudian diterjemahkan oleh Prof. Dr. Aboe Bakar Atjeh pada tahun 1970.

Sedangkan wirid yang menjadi ciri pengamalan TQN ditulis dalam buku yang disebut Uqudul Juman.

Sementara ajarannya tentang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara selalu merujuk kepada Tanbih (wasiat) dari Abah Sepuh yang selalu dibacakan pada setiap penyelenggaran manakiban setiap bulan.

Lebih lanjut, Wakil Rektor IAILM itu juga menjabarkan bagaimana pandangan Abah Anom mengenai tujuan tasawuf. Taqarrub terhadap Allah merupakan inti ajaran tasawuf, yakni dengan jalan penyucian jiwa seperti didefinisikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani, tasawuf ialah penyucian qalbu sehingga di dalamnya tidak ada sesuatu selain Allah.

Menurutnya, kesucian kalbu memungkinkan hubungan langsung antara Tuhan dengan makhluk, tanpa ada tirai penghalang yang dikenal dalam dunia tasawuf dengan istilah mukasyafah.

Apabila hubungan langsung dengan Allah telah tercapai, maka disitulah maqam atau tingkatan marifat dan ridha tercapai,” ujarnya.