Tradisi Syawalan dan Kupatan di Cirebon
Puasa enam hari di bulan Syawal yang pahalanya setara dengan puasa selama satu tahun
Masyarakat Cirebon dan sekitarnya memiliki tradisi yang sudah mengakar dan selalu disemarakkan setiap tahunnya yaitu Syawalan atau bada ketupat.
Syawalan adalah hari kedelapan bulan Syawal yang diramaikan setelah selesai berpuasa sunnah selama enam hari.
Masyarakat meyakini keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal yang pahalanya setara dengan puasa selama satu tahun sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama enam hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim).
Baca juga: Hikmah Puasa Syawal dan Kemenangan Hakiki
Lalu, pernahkah kita membayangkan berlebaran 1 Syawal lalu tanpa ketupat? Hari Idul Fitri atau Lebaran memang identik dengan ketupat. Hari Lebaran tanpa ketupat, ibarat sayur tanpa garam. Hambar.
Namun, tradisi makan ketupat itu sebenarnya ada “aturannya” di Cirebon. Makan ketupat, sesunggunya baru dianggap “sah” pada tanggal delapan Syawal. Yakni setelah menjalani puasa enam hari dari tanggal 2-7.
Tradisi ini diakui sebagai warisan dari para wali penyebar Islam. Selain di Cirebon, tradisi ini juga bisa dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namanya raya kupat atau bada kupat.
Pada hari inilah kupat dimakan bersama menandai usainya puasa Syawal. Sesuatu yang agak berbeda dari kupatan di Cirebon adalah kunjungan ribuan warga ke sejumlah pesantren secara bersamaan pada tanggal delapan.
Baca juga: Syekh Tolhah Kali Sapu Cirebon (1/4)
Selain itu, untuk memotivasi anak muda menggiatkan puasa sunnah Syawal, di beberapa pesantren di Cirebon seperti Babakan, Kempek, Gedongan dan lainnya, dilaksanakan agenda pesantren Syawal yakni kegiatan pesantren selama 6 hari berpuasa dilengkapi agenda kajian kitab kuning, diskusi ilmiah, buka dan sahur bersama, serta berkunjung ke para kiyai di hari ke 8 Syawal.
Tradisi puasa 6 hari secara serentak pada 2-7 Syawal, selain untuk mempertahankan ritme ibadah, juga memudahkan para santri dan masyarakat pesantren di Cirebon menunaikan ibadah puasa 6 hari Syawal.
Walaupun dalam pelaksanaannya dapat juga dilaksanakan tidak secara berurutan, selama masih dilaksanakan di bulan syawwal. Wallaahu a’lam. []
Narasi: H. Ahmad Fauzi Qosim
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______