Selamat Berjumpa dengan Allah Yang Maha Welas Asih, KH (DR. Candidate) Drs. Nur Muhammad Suharto, M.Ag

Pak Yai, Pak Harto, Pak Suharto adalah panggilan yang sering digunakan orang untuk menyapanya. Lelaki yang dikelilingi 5 bidadari di keluarganya ini adalah anak bungsu di keluarganya.

Jejaka ganteng kelahiran Jombang yang memilih berkarir sebagai tentara Angkatan Darat ini ditempatkan di kesatuan daerah Sanggau. Ia pernah ditugaskan di Timor Timur saat Integrasi ke Indonesia. Karena penugasan di Kalimantan Barat itulah, Mahasiswa IAIN Pontianak itu dipertemukan dengan jodohnya, Endang Kusumaningsih, mahasiswi FKIP Jurusan Matematika.

Kecintaanya kepada Ibunya yang bernama Ashfiya diukir dengan memberi nama keempat putrinya dengan nama Ashfiya. Anak Sulung Ashfiyatul Mardiyatillah, anak kedua Ashfiyah Kasdini RA, anak ketiga Ashfiya Auliyail Bashiro, dan anak bungsu Ashfiyanom.

“Pa Asep, anak perempuan saya semuanya perempuan, dan saya ingin mereka mengerti dinul Islam dengan baik, karena itu saya membiayai mereka kuliah di Fakultas Syari’ah,” ucap beliau dalam suatu kesempatan.

Tahun 2017 bulan Oktober, ia menikahkan putri pertama, Mbak Fiya dengan Mas Dhana Kencana dan putri keduanya, Mbak Dini dengan Aa Azna D. Zoehdi di Sanggau. Kini ia sudah dipanggil Mbah oleh kedua cucu cantiknya, Janaki dan Yuning.

KH. Nur Muhammad Suharto.

Tahun 1994 ia berjumpa dengan Ustadz Muhammad Nur, Wakil Talqin TQN KH. Ahmad Shahibulwafa Tajul Arifin. Perjumpaan itu membuatnya tergerak untuk menjadi salikin.

Tahun 1995 ia mengikuti diklat muballigh selama 40 hari yang diselenggarakan Bidang Diklat LDTQN Pontren Suryalaya YSB Pondok Pesantren Suryalaya.

Ia kemudian mendapatkan amanah dari Abah Anom sebagai wakil talqin TQN Pondok Pesantren Suryalaya untuk membina para ikhwan khususnya di daerah Sanggau, umumnya di Kalimantan Barat.

Tahun 2015 ia memutuskan untuk kuliah Pascasarjana IAILM S2 di Prodi Magister Ilmu Tasawuf IAILM Pondok Pesantren Suryalaya dan lulus tahun 2017 dengan Tesis yang membahas Pembinaan Ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya di Indonesia dan Malaysia.

Untuk penelitiannya itu ia mengunjungi responden di sejumlah tempat Khidmat Amaliyah Manaqiban di beberapa kota di Indonesia dan Malaysia. Sungguh kerja luar biasa bagi mahasiswa berusia 60 tahun.

Mei 2018 ia mengikuti perkuliahan S3 pada prodi Studi Agama Agama. Pola Suksesi Kepemimpinan Kemursidan adalah tema yang menarik minatnya. Ia sudah punya data yang cukup banyak tentang tema itu. Ia pun giat menyambangi Mranggen dan Pontren Darul Ulum Jombang untuk wawancara pimpinan TQN di sana dari jalur Syaikh Abdul Karim Banten dan Syaikh Kholil Al Juraimi.

KH. Nur Muhammad Suharto.

Nilai-nilai yang diperolehnya selama perkuliahan nyaris sempurna. Di antara mahasiswa seangkatannya, progres penulisan disertasinya pun paling cepat. Tanggal 19 Januari 2021 lalu, ia mengikuti Ujian Progress Disertasi di program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung meski kondisi kesehatannya kurang baik.

Kondisi kesehatannya menurun sepulang dari Bandung, sehingga ia perlu memperoleh perawatan intensif di RS Puri Cinere Depok. Senin, 1 Pukul 01.40 WIB ia dinyatakan meninggal dunia oleh Rumah Sakit Puri Cinere Depok.

Kini, santri Alumni Pondok Pesantren Jombang itu telah tiada.

Beliau insya Allah dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan pemakaman dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu
waj’alil jannata matswahu.

Saung Bujangga Manik, 1 Februari 2021


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
______
Rekomendasi