Rahasia Mudah Kembangkan Zakat dan Wakaf

KH. Wahfiudin Sakam memaparkan bagaimana posisi zakat, wakaf dan infak/sedekah. Menurutnya zakat adalah infak/sedekah yang minimal dan terbatas, sedangkan wakaf adalah infaq/sedekah jariyah yang produktif dan berkelanjutan. Adapun infak/sedekah adalah perwujudan iman dan taqwa seseorang dalam bentuk material yang berdimensi sosial.

Wakil Talqin Pangersa Abah Anom itu mencermati bahwa infak/sedekah dalam bentuk minimal (baca: zakat) berada pada rukun Islam yang paling tengah. Ia berada pada posisi nomor 3, diapit oleh shahadatain dan shalat (nomor 1 dan 2) serta puasa dan haji (nomor 4 dan 5).

“Itu menunjukkan zakat menempati posisi sentral dalam keberislaman seseorang. Di rukun Islam saja posisinya di tengah,” jelasnya.

Baca juga: Zakat dan Wakaf Harus Dikelola dengan Semangat Filantropi

Wakil Ketua MUI Komisi Pendidikan dan Kaderisasi ini menjelaskan korelasi antara rukun Islam. Menurutnya syahadatain adalah dasar keberislaman yang diwujudkan dalam bentuk shalat. Setelah shalat yang sifatnya vertikal, maka rukun Islam selanjutnya diwujudkan dalam bentuk zakat yang sosial dan material.

“Itulah social solidarity. Zakat yang diperluas dengan wakaf menjadi Islamic Social Finance (ISF),” lugasnya.

Anggota Dewan Pakar LDTQN Pontren Suryalaya ini juga menerangkan bahwa apapun yang sifatnya harta benda (material) sangat mudah dirusak oleh kepentingan individual (hawa nafsu keserakahan).

Maka agar mudah membangun Islamic Social Finance yakni zakat dan wakaf harus ditopang oleh rukun Islam yang nomor 4, yaitu puasa. Puasa adalah kendali atas keserakahan individual. Puasa adalah pemantapan orientasi kehidupan untuk tidak terpaku pada material duniawi kepada spiritual ukhrawi.

Puasa, tambah Dewan Pengawas Syariah Laznas DPF ini, bisa meringankan orang untuk membangun ISF karena materi duniawi bukan lagi tujuan dan segala-galanya.