Pangersa Abah Anom, Berdzikir, Belajar dan Berkarya

Satu Januari adalah tanggal yang selalu dikenang, disyukuri oleh ikhwan TQN Pontren Suryalaya. Tahun 1915 pada tanggal tersebut lahir putra kelima dari pasangan pendiri Pesantren Suryalaya, Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (ra) dan Ibu Hajjah Juhriyah.

Menurut berbagai sumber, ada kisah menarik ketika bayi tersebut akan diberi nama. Saat itu KH. Abu Bakar Faqih yang akrab disapa Abah Faqih mendapat tugas untuk menjaga sang anak sejak dari kecil. Setelah beberapa hari lahir, ia menerima surat dari Nabi Khidir (as) yang menyarankan nama bayi tersebut dengan nama “Shohibul Wafa” atau “Tajul Arifin”. Dengan segera Abah Faqih menyampaikan ke Abah Sepuh surat tersebut. Sang ayah memutuskan mengambil kedua nama tersebut, Shohibulwafa Tajul Arifin. Ikhwan TQN Pontren Suryalaya sering menyapa dengan Pangersa Abah Anom.

Pangersa Abah Anom sedari kecil gemar belajar. Selain belajar pendidikan formal, beliau juga menekuni berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan keterangan pada portal resmi Pesantren Suryalaya www.suryalaya.org saat usia delapan tahun Pangersa Abah masuk Sekolah Dasar (Verfolg School). Setelah itu melanjutkan ke sekolah semacam Tsanawiyah di Ciawi, Tasikmalaya.

Saat remaja Pangersa Abah memulai perjalanan menuntun ilmu lebih luas lagi. Beliau secara khusus belajar kepada kiai-kiai yang menguasai disiplin ilmu. Ilmu fiqh beliau pelajari dari seorang kiai terkenal di Pesantren Cicariang. Nahwu, sorof dan balaghah di Pesantren Jambudipa. Setelah 2 tahun di Jambudipa Pangersa Abah melanjutkan ke Pesantren Gentur asuhan Ajengan Syatibi. Ketiga pesantren tersebut di Cianjur, Jawa Barat.

Baca juga: Abah Anom Gelar Profesor dan Keteladanan Nabi Muhammad Saw

Sekitar tahun 1935 – 1937 Pangersa Abah belajar ke Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini sangat terkenal pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu, seorang ahli hikmah dan silat. Di sini Pangersa Abah juga mendapat begitu banyak pembelajaran bagaimana mengelola pondok pesantren. Kegemarannya bermain silat dan rasa diperdalam di Pesantren Citengah, Panjalu pimpinan H. Junaedi yang terkenal ahli hikmah, jago silat dan alat.

Tidak heran pada usia yang relatif masih sangat muda, beliau diangkat menjadi wakil talqin oleh ayahya yang merupakan Mursyid TQN, penerus Syekh Tolhah Cirebon.

Usia 23 tahun Pangersa Abah menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Tidak lama beliau berangkat ziarah ke tanah suci, bermukin selama 7 bulan.

Pada tahun 1956 Pangersa Abah Sepuh wafat, estafet kepemimpinan dilanjutkan oleh Pangersa Abah Anom. Pangersa Abah mengembangkan Pontren Suryalaya dengan lebih masif sesuai zamannya. Tarekat di masa Abah sepuh penuh dengan perjuangan meraih kemerdekaan. Pada era Pangersa Abah bagaimana tarekat bisa mengisi kemerdekaan.

Bagi pengamal Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pontren Suryalaya, selain amaliah dzikir ada juga tuntunan hidup yang tertuang dalam Tanbih. Tanbih adalah peninggalan dari Pangersa Abah Sepuh, yang ditujukan secara khusus untuk murid-muridnya. Ada sebuah pesan luar biasa yang tertuang dalam tanbih, “Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian.”

Baca juga: Abah Anom Kebajikan yang Timbul dari Kesucian

Pangersa Abah terlibat dalam berbagai aktivitas strategis untuk membuktikan kebajikan yang timbul dari kesucian.

Dalam dunia pendidikan, beliau sangat menaruh perhatian. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dengan kemajuan pendidikannya. Tidak heran, Suryalaya mendirikan taman kanak-kanak hingga universitas.

Pangersa Abah juga terlibat dalam pembangunan ekonomi rakyat melalui pertanian. Beliau membangun sistem irigasi, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik dan memelopori kerja sama warga dengan Dinas Pertanian Tasikmalaya.

Dalam bidang lingkungan hidup Pangersa Abah melakukan penghijauan di Hulu Sungai Citanduy dengan menanam pohon bambu dan tanaman keras lainnya yang sejenis. Presiden Soeharto pada tahun 1980 memberikan penghargaan Kalpataru kepada Pangersa Abah atas upaya peduli lingkungan untuk mencegah erosi.

Pada 5 September 2011 Pangersa Abah Anom wafat di usia 96 tahun. Peninggalannya adalah kebajikan yang timbul dari kesucian yang kini banyak dirasakan oleh orang banyak.

Pada 1 Januari 1915 lahir seorang yang menjadi penerus ajaran TQN Pontren Suryalaya. Seorang yang menjadi pembimbing ruh bagi jutaan umat manusia. Seorang mursyid yang sempurna dan mampu menyempurnakan. Seorang mursyid yang penuh dengan karya bagi umat manusia.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari perjalanan hidup Pengersa Abah Anom. Semoga kita selalu istikamah dalam dzikrullah, menjadi ikhwan yang produktif menghasilkan karya bagi masyarakat. Al-Fatihah.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi