Milad ke-46, MUI Harus Luruskan Khittah dan Langkahnya

Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah memperingati Milad ke-46. MUI sebagai wadah ulama, zu’ama dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.

MUI berdiri pada tanggal 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia.

Milad ke-46 kali ini diselenggarakan di tengah pandemi yang masih melanda negeri ini. Penyelenggaraan Milad dilaksanakan secara hybrid alias gabungan luring dan daring. Secara luring diikuti oleh pimpinan MUI dengan jumlah sangat terbatas dan prokes yang ketat, sedangkan lainnya mengikuti secara daring.

Milad tahun ini, MUI mengambil tema “Ulama, Umara dan Masyarakat Bersatu Menghadapi Pandemi Covid-19 dan Dampaknya”.

“Tahun ini MUI genap berusia 46 tahun, sebuah usia dewasa. Dengan setiap deret angka ada tokoh dan maqamnya. Selama usia tersebut banyak dinamika yang terjadi di MUI,” ucap Ketua Umum MUI KH. Miftachul Akhyar. Baca juga…

Menurut, Kiai Miftachul Akhyar, generasi awal tokoh-tokoh MUI (assabiqunal awwalun) telah menanamkan prinsip-prinsip keorganisasian dan khitthah perkhidmatan di lingkungan MUI.

“MUI seperti kereta api yang sudah mempunyai jalan dan jalur tertentu. Kereta api semuanya jelas, tujuan, stasiun, rel, lokomotif dan gerbongnya. Kereta api tidak mengikuti keinginan penyewanya. Kereta api pergi saat hujan, terik, badai, tanpa ragu-ragu. Kereta api selalu tiba di stasiunnya,” demikian ungkapnya.

Saat ini, kata Kiai Miftachul Akhyar, MUI menjalankan perannya dengan baik sebagai mitra pemerintah, pelayan dan penyambung aspirasi umat khadimul ummah sekaligus himayatul ummah.

Untuk itu MUI bertekad untuk selalu memberikan manfaat dan maslahat nyat bagi umat. Meski diakui, di masa pandemi mengalami pemotongan anggaran.

Rais Aam PBNU tersebut mengakui tantangan periodenya adalah terjadinya Covid 19 beserta ekses-eksesnya. Seperti virus hoax yang merusak otak dan akal beredar di tengah masyarakat.

MUI sudah terlibat aktif dalam penanggulangan pandemi Covid 19 dan dampaknya, mulai dari mengeluarkan fatwa terkait adaptasi dengan covid-19, sosialisasi vaksin, hingga bantuan sosial.

Kendati demikian, Kiai Miftachul Akhyar dengan semua pengurus bertekad melakukan pembenahan agar bisa memberikan pelayanan yang baik di semua bidang MUI.

Dalam acara itu, Prof. KH. Ma’ruf Amin selaku pimpinan Dewan Pertimbangan MUI juga menyampaikan pesannya kepada MUI untuk meluruskan berbagai hal di antaranya, Tashihul khittah (meluruskan arah perkhidmatan) dan Tashihul khatwah wal harakah (meluruskan langkah dan gerakan). Baca juga…

“MUI adalah wadah ulama waratsatul anbiya’, maka khittahnya adalah khittah nabawiyah. Khittah nabawiyah adalah khittah ishlahiyah (melakukan perbaikan) di semua sektor. Aqidah, ibadah, fikrah, muamalah, akhlaqiyah. Ini arah khittah,” tegas Wakil Presiden RI tersebut.

Ucapan tahniah Milad ke-46 MUI juga hadir dari berbagai tokoh publik, pimpinan perguruan tinggi, pimpinan ormas Islam, dan MUI di daerah di antaranya ialah KH. Embay Mulya Syarif (Ketua Umum Mathla’ul Anwar), Dr. Helmy Faishal Zaini, M.Si (Sekjen PBNU), Prof. Dr. H. Imam Tholhah, MA (Ketua Umum GUPPI), Dr. H. Hamdan Zoelva, MH (Ketua Umum Syarikat Islam), Drs. H. M. Jusuf Kalla (Ketua Umum DMI) dan Dr. Ir. Lukmanul Hakim, M.Si (Ketua Umum DPP Al Ittihadiyah), serta dari Yaqut Cholil Qoumas selaku Menteri Agama RI.

“Selamat Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia. MUI yang berhimpun di dalamnya para ulama sebagai waratsatul anbiya’. Kami harapkan terus membimbing dan memandu umat agar di era pandemi ini. Tetap menjalankan agama sesuai dengan kondisi darurat, sekaligus juga berperan, mencari dan memberi solusi agar kaum muslim berada di garda depan di dalam mengatasi pandemi ini,” ucap Prof. Dr. Haedar Nasir, M.Si., Ketua Umum PP Muhammadiyah.

#mui #ulama #pandemi


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi