Al Qur’an banyak bicara tentang manusia dan proses penciptaannya. Tiada lain tujuannya ialah agar manusia lebih mengenal jati dirinya. “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Adz Dzariyat: 21).
Bulan Ramadhan memang bisa jadi ajang untuk mengenal diri lebih baik. Karena sesuai dengan ungkapan, siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.
Manusia misalnya, kerap kali bicara persoalan rezeki. Rezeki jadi top of mind dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hampir keseluruhan waktunya dikerahkan untuk mencari rezeki. Perhatian dan fokusnya demikian kuat pada rezeki. Namun sering kali luput dari perhatian ialah darimana rezeki berasal.
Allah Ar Razzaq
Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Ar Razzaq (Maha Pemberi Rezeki)
Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Adz dzariyat: 58).
Allah Swt Maha Memberi Rezeki bagi setiap hamba-Nya. Tidak hanya sekali tapi berkali-kali (Ar Razzaq). Karena setiap rezeki yang sampai pada manusia pasti berdasarkan ketentuan taqdir dan iradah-Nya. Tidak ada rezeki yang luput dari pengawasan dan pengaturan-Nya.
Begitu pula dengan lapang dan sempitnya rezeki, semua di tangan Allah Swt. Beliaulah yang membagi rezeki, ada yang diberinya, ada yang ditahan rezekinya sesuai dengan hikmah-Nya.
Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik. (Saba’: 39).
Karena itu Allah meminta manusia agar mendedikasikan dan membaktikan diri serta memusatkan perhatiannya untuk beribadah kepada-Nya.
Rasulullah Saw bersabda: Seungguhnya Allah Swt berfirman: “Wahai anak Adam persembahkan (hidupmu) untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi qalbumu dengan kekayaan dan Aku tutupi kefaqiranmu. Jika kamu tidak mengerjakannya, Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku tutupi kefaqiranmu (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi dijelaskan, persembahkanlah pekerjaanmu untuk beribadah kepada-Ku (taat kepada-Ku) maka akan Aku sempurnakan dan tuntaskan pekerjaanmu dan niscaya Aku beri kecukupan dan kekayaan kepada-Mu. Jika kamu tidak melakukannya, Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan.
Dan jika kamu tidak mempersembahkan hidupmu untuk beribadah kepada-ku dan justru sibuk dengan selain Aku, maka tidak Aku tutupi kefaqiranmu. Karena semua makhluk itu faqir, maka kamu justru bertambah faqir dengan kefaqiranmu.
Dari sini bisa dipahami bahwa mempersembahkan ibadah untuk Allah maksudnya ialah mendedikasikan segala aktivitas dan seluruh waktu untuk beribadah. Atau dengan kalimat lain jadikan seluruh aktivitasmu sebagai ibadah kepada Allah Swt, yakni sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kepada-Nya.
Jadi bukan berarti beribadah kepada Allah itu dengan meninggalkan pekerjaan atau aktivitas produktif lalu beralih untuk shalat atau pun dzikir di masjid. Melainkan meniatkan segala aktivitas kamu dalam rangka ibadah kepada Allah dan memenuhi tuntunan-Nya.
Sebagaimana Allah Swt berfirman:
مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku. (Adz dzariyat: 56-57).
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______