Mengapa Film Jadi Hal Yang Fundamental dalam Islam?

Anda pernah nonton film? Genre apa yang paling Anda sukai? Film apa yang paling membuat Anda termotivasi dan terinspirasi? Tak bisa dipungkiri film banyak memberi influence kepada penonton. Bahkan drakor (drama Korea) bisa dianggap sebagai soft power yang menjajah kalangan muda Indonesia.

Film merupakan karya seni budaya. Sedangkan dalam Islam, seni budaya adalah hal yang asasi dan fundamental. Mengapa fundamental?

Karena seni budaya terkait dengan manusia. Singkatnya, di mana ada seni budaya, di situ ada kehadiran manusia. Manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Maha Pencipta. “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, (Al Isra’: 70).

Film juga banyak disukai hampir oleh semua kalangan. Tengok saja hasil riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJI) yang dirilis pada November 2020. (Foto: Ilustrasi)

Film menjadi jenis konten YouTube yang paling sering ditonton oleh pengguna internet di Indonesia dengan 16,2%. Di urutan selanjutnya secara berurutan adalah musik (13,6%), olahraga (8,9%), kuliner (7,7%), traveling (7,1%), dunia entertainment (5,6%), ceramah agama (5,3%).

Seni budaya hadir seiring dan sejalan dengan perkembangan manusia. Oleh karena itu penting agama dan negara mengawal produk seni budaya yang beredar di Indonesia.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman disebutkan bahwa film berasaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, bhinneka tunggal ika, keadilan, manfaat, kepastian hukum, kebersamaan, kemitraan dan kebajikan.

Karena film merupakan media komunikasi massa sebagai sarana pencerdasan kehidupan bangsa, pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, pemajuan kesejahteraan masyarakat, serta wahana promosi Indonesia di dunia internasional.

Film juga memiliki peran strategis dalam peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin untuk memperkuat ketahanan nasional.

Terlebih di era globalisasi ini, film dapat menjadi alat penetrasi kebudayaan sehingga perlu dijaga dari pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila dan jati diri bangsa Indonesia yang memegang kuat nilai-nilai agama. (Foto: Ilustrasi)
Qalbu Memberi Corak, Warna dan Menentukan Kualitas Film

Film sejak proses pra produksi, produksi, sampai pasca produksi dibuat oleh manusia. Dari sinilah, maka warna, corak, muatan nilai, kualitas sebuah film ditentukan oleh manusia itu sendiri. Dalam Islam, baik buruk manusia tergantung pada qalbunya sebagai pusat ruhani manusia yang juga pusat kecerdasan dan moral.

Oleh karenanya film yang dianjurkan untuk diproduksi ialah yang lahir dari rasa yang suci, jiwa yang bersih serta akal yang cerdas. Film tidak dilihat terbatas pada sisi materialnya atau tertambat hanya untuk di sini dan kini.

Film Islami bukan yang hanya menampilkan atribut atau simbol keagamaan. Tetapi karya seni budaya yang menonjolkan keindahan ciptaan Allah dan kebesaran kuasa-Nya.

Dalam Islam tidak dikenal istilah art for art (seni untuk seni) atau bebas berekspresi tanpa batasan. Karena bagi seorang muslim, seluruh aktivitas-nya harus lah diarahkan kepada-Nya.

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,” (Al An’am: 162).

Siapa pun yang mempertemukan secara indah wujud seni budaya dengan Tuhan, maka itu adalah seni Islami. Yang tidak mempertemukannya bukan tergolong seni Islami.

Film yang dianjurkan untuk di-create ialah yang mengantar manusia kepada nilai-nilai luhur dan peningkatan kualitas diri. Bukan yang mengantar pada selera rendah dan merusak jati diri manusia itu sendiri.

Film yang perlu ditampilkan ialah yang melahirkan akhlak mulia, budi pekerti yang baik serta hubungan yang harmonis. Bukan yang melahirkan moral yang buruk dan permusuhan serta kebencian.

Selain itu film juga mempunyai tujuan kemaslahatan, mengantar keselamatan bagi diri, keluarga, bangsa dan negara. Bukan hanya itu film juga punya visi yang jauh, yakni mengantar pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. (Foto: Ilustrasi)

Film islami juga memiliki fungsi untuk mengimplementasikan tujuan beragama (maqashidus syariah), yakni menjaga agama, menjaga akal, menjaga jiwa, menjaga harta serta menjaga keturunan.

Sejatinya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan, demikian sabdanya. Allah memang menganugerahi manusia fitrah untuk menyenangi keindahan misalnya melalui produk seni budaya seperti film. Tetapi Islam tidak menyetujui seni budaya yang terlepas dari nilai-nilai Islami, terlebih mengantar pada selera rendah, kerusakan akidah, pengabaian syariat dan buruknya akhlak.


Sekarang traktir Tim TQNNEWS gak perlu ribet, sat-set langsung sampe!
Terima kasih ya sudah support kami. Salam cinta penuh kehangatan :)
https://sociabuzz.com/tqnn/tribe
______
Rekomendasi